Sign up with your email address to be the first to know about new products, VIP offers, blog features & more.

Menggapai Impian di Masa Penuh Tantangan

Mengusung tagline ‘lokal, natural, halal’ menjadikan Sweet Sundae mendapat sambutan hangat baik di pasar lokal maupun global. (sumber foto: www.instagram.com/andromedasindoro/)

Krisis ekonomi tidak selamanya menyuguhkan prahara. Di balik musibah ada berkah yang disediakan Tuhan kepada hamba yang tak letih berusaha.

 

Pandemi Covid-19 sungguh berdampak ke segala lini kehidupan, tak terkecuali sektor ekonomi. Salah satunya adalah UMKM yang terpengaruh pandemi baik positif maupun negatif. Andromeda Sindoro memulai usaha pengolahan susu sapi pada 2008. Usaha yang berbasis di Yogyakarta tersebut mengolah susu sapi dari peternak lokal menjadi sembilan  produk, sebagai berikut natural ice cream, natural ice cream powder&softmix, mozzarella cheese, natural gelato, pasteurized milk, greek yoghurt, popside, dan customized dairy product. Produk tersebut disusun berdasarkan value proposition yang tepat sehingga dapat diserap pasar dengan optimal.

Saat itu Andromeda bersama sang istri masih kuliah di Fakultas Peternakan UGM. Mereka mengamati peternak sapi perah di Cangkringan, Yogyakarta sulit berkembang dan kurang sejahtera. Rendahnya harga jual susu yang diserap industri menjadi penyebabnya.

Andromeda diberi kepercayaan oleh peternak untuk mengolah susu sehingga memiliki nilai tambah. Sementara itu para peternak fokus pada produksi sehingga bisa menghasilkan susu dengan kualitas terbaik.

Andromeda membangun usaha bermodalkan hadiah lomba kewirausahaan yang diikutinya. Ia memilih Sweet Sundae sebagai nama usahanya dengan harapan baik konsumen, karyawan, maupun peternak selalu ceria.

Dalam pandangan Andromeda, sebuah bisnis sebaiknya berdampak sosial. Ia percaya, doa dari setiap orang yang dibantu mampu menaikkan level bisnisnya di masa mendatang. Tak hanya itu, setiap produk yang ditawarkan ke pasar selayaknya mengandung value selain harganya terjangkau. Andromeda mengilustrasikan, customer selain menikmati es krim yang dibeli juga mendukung kehidupan peternak dan keluarganya.

Guna menjamin kelancaran proses dari hulu hingga hilir, Andromeda mendirikan tiga anak perusahaan. Kini pabrik mampu memproduksi 5 ton susu setiap harinya.

Dukungan tim menjadikan usaha terus berkembang hingga mampu melebarkan sayap ke penjuru nusantara dan ekspor ke Arab Saudi, Singapura, dan Malaysia. Malaysia sendiri mensyaratkan kehalalan produk. Bukan perkara yang rumit, sebab Sweet Sundae mengusung tagline ‘lokal, natural, halal’. Tak hanya itu, Sweet Sundae berhasil meraih penghargaan Best of the Best Challenger DSC|X pada 2019 dan Runner Up Bangga Buatan Indonesia pada 2020.

Pencapaian tersebut sejalan dengan tujuan perusahaan, yakni menghasilkan produk yang bisa diserap pasar. Selain itu partisipasi dari berbagai pihak juga dibutuhkan, salah satunya penggunaan bahan lokal guna mendukung swasembada pangan. Tentunya hal tersebut menyejahterakan petani dan peternak. Andromeda menekankan, jika kita ingin Indonesia lebih kuat dan berdaulat di masa mendatang sebaiknya negara harus mencukupi kebutuhan pangan sendiri dan tidak mengandalkan impor.

Andromeda menjelaskan, konsumsi es krim di Indonesia tercatat 185.500 ton per tahun. Saat ini Sweet Sundae baru bisa memenuhi kebutuhan pasar es krim di Indonesia sebesar 0,087%. Andromeda menargetkan pada 2023 mampu menggarap market share sebesar 3%. Artinya, dalam sehari Sweet Sundae harus bisa memproduksi dan menjual 10 ton es krim.

Sweet Sundae lebih dari sekadar memproduksi dan menjual es krim. UMKM tersebut membantu Indonesia menghemat Rp 17 triliun yang selama ini digunakan untuk membeli susu dari luar negeri kemudian dipasarkan di dalam negeri. Jika jumlah tersebut  berputar di negeri sendiri tentu tidak akan ada lagi petani dan peternak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Buntutnya, profesi itu menarik minat anak muda.

Di masa pandemi ini pelaku UMKM sebaiknya segera melakukan restrategi guna menstabilkan usaha. (sumber foto: www.instagram.com/andromedasindoro/)

Bagaimana Sweet Sundae memaknai efek pandemi Covid-19 terhadap usahanya? Pesimis atau optimis? Andromeda memaparkan, pada Maret 2020 penjualan di hotel, restoran, dan katering yang sebelumnya menjadi pasar utama turun signifikan. Di hari kedua PSBB Sweet Sundae mengalami kerugian sebesar Rp 175 juta. Lantas setiap karyawan menyumbang ide serta mengevaluasi baik pasar maupun produk.

Menghadapi kondisi tersebut Andromeda mengubah channel marketing dari business to business ke business to customer (retail). Guna menjangkau dan mengirimkan produk langsung ke customer, Sweet Sundae bekerja sama dengan Pemprov Yogyakarta dan layanan ojek online dalam bentuk gratis ongkos kirim produk ke customer. Tujuannya adalah meringankan beban UMKM yang terdampak pandemi sekaligus mendorong kemajuan UMKM di Indonesia.

Perubahan strategi marketing terbukti mengembalikan 85% omset usaha yang hilang. Pengalaman tersebut mengajarkan bahwa pandemi adalah momen kebangkitan. Peningkatan omset juga didukung kampanye Sweet Sundae yang menyatakan bahwa susu mampu menjaga daya tahan tubuh agar tidak terkena virus Corona. Imbasnya, susu kini menduduki peringkat pertama produk yang disukai konsumen diikuti es krim.

Andromeda tidak menyangka animo masyarakat sebagus itu. Ia menyarankan pelaku UMKM untuk segera melakukan restrategi di masa pandemi ini. Usulan tersebut sejalan dengan digitalisasi yang saat ini lekat dengan kehidupan masyarakat.

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-77 dengan tema Kembali Berkarya : Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY.