Sign up with your email address to be the first to know about new products, VIP offers, blog features & more.

Bisnis yang Membawa Manfaat untuk Banyak Orang

 

Program tahunan SATU Indonesia Awards diselenggarakan dalam rangka mencari pemuda-pemudi terpilih Indonesia yang telah memberdayakan dan menggerakkan masyarakat. (foto dokumentasi pribadi)

Berkontribusi dan membangun negara bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah membuka usaha. Sumbangsih bagi negeri bisa dilakukan siapapun termasuk seorang wirausaha.

Siang itu di sebuah toko di area perumahan dengan spanduk bertuliskan House of Silver 999 penulis menjumpai Faishal Arifin. Pria itu menyambut penulis dengan ramah walaupun udara Kota Malang saat itu cukup terik.

Faishal mengawali percakapan dengan mengisahkan kenangan satu dekade silam. Saat itu ia tengah menempuh pendidikan di Universitas Widyagama Malang. Faishal menjajal berbagai usaha, diantaranya berjualan ayam bakar menggunakan gerobak.

Faishal memilih usaha ayam bakar dilatari profesi sebelumnya sebagai peternak ayam. Sayangnya usahanya itu gulung tikar akibat wabah flu burung. “Semula saya pikir prospeknya bagus, ternyata perhitungan meleset,” kata Faishal.

Ayam yang tidak laku terjual selanjutnya digunakan sebagai modal usaha ayam bakar. Seiring berjalannya waktu usaha tersebut menampakkan hasil yang memuaskan. Faishal pun menambah menu mie ayam.

Awalnya area pemasaran usaha Faishal hanya di kawasan perumahan. Guna memperluas pasar Faishal terpikir untuk berjualan keliling menggunakan sepeda motor berikut gerobaknya.

Nahasnya suatu hari gerobak yang berisi ayam bakar itu terbakar. Angin kencang memporakporandakannya hingga hancur. “Saya bangkrut,” tutur Faishal.

Faishal yang saat itu telah lulus kuliah terpikir untuk mencari pekerjaan. Tidak mudah mendapatkan pekerjaan di Malang. “Saya dengar informasi bahwa mencari kerja di Kalimantan itu mudah. Saya tertarik,” kata Faishal.

Faishal Arifin boleh berbangga sebab tokonya pernah dikunjungi oleh tamu negara yang tergabung dalam misi perdamaian PBB. (foto dokumentasi pribadi)

Faishal dilema. Ia dihadapkan pada dua pilihan, sisa uang hasil berdagang akan digunakan untuk modal membuka usaha atau biaya mencari pekerjaan di Kalimantan. “Saya memilih berangkat ke Kalimantan. Gaji yang saya dapat nantinya bisa dipakai sebagai modal membuka usaha,” ujar Faishal.

Lagi-lagi Faishal harus menelan pil pahit. Tidak gampang mendapatkan pekerjaan di Kalimantan. Alhasil Faishal hanya menganggur.  “Saya ingin membuka usaha di sana tapi tidak punya modal,” kata Faishal.

Faishal memutuskan kembali ke Malang. Sebelumnya ia ingin mencari modal. Belakangan Faishal melihat banyak usaha perhiasan di Kalimantan. Apalagi pamannya bekerja sebagai penggosok batu permata.

Mulanya Faishal tidak mengerti. Ia memacu dirinya belajar ke banyak perajin perhiasan. “Saya terpikir, usaha seperti ini belum ada di Kota Malang,” tutur Faishal dengan mata berbinar-binar.

Berbekal uang hasil kerja serabutan Faishal pulang ke Malang. Di tengah kebingungan memulai usaha yang baru dengan ketiadaan modal, ia melangkahkan kaki ke perajin perhiasan di Kota Malang. “Saya menawarkan kerja sama. Ia mengerjakan pesanan sementara saya mencari customer,” kata Faishal yang membuka Silver 999 pada 16 April 2009.

Bermodalkan uang Rp 30 ribu, Faishal membuat kartu nama. Sisa uang Rp 20 ribu digunakan untuk menyusun katalog. Sejumlah foto dikumpulkan dari internet dan diberi kode. “Saya harus mencari pasar ibu-ibu menengah ke atas yang menyukai perhiasan,” kata Faishal.

Faishal bersyukur atas pelajaran hidup yang dirasakannya selama menjalani usaha dari satu bidang ke bidang lainnya. (foto dokumentasi pribadi)

Mengandalkan kartu nama dan katalog, Faishal menawarkan jasa membuat perhiasan ke instansi pemerintahan. Seorang ibu tertarik. “Ketika diminta uang muka ibu itu khawatir adanya penipuan. Saya tunjukkan kesamaan nama di kartu nama dan KTP untuk meyakinkannya,” ujar Faishal.

Uang muka itu lantas dipakai Faishal untuk membeli bahan baku. Satu minggu kemudian pesanan selesai dikerjakan. Pesanan yang memuaskan nyatanya semakin melancarkan usaha Faisal. Ibu itu mempromosikannya ke ibu lain dari mulut ke mulut. Faishal pun mendapat banyak pesanan.

Pesanan yang datang silih berganti membuat Faishal memutar otak. Ia menawarkan sistem pembayaran bulanan kepada perajin perhiasan. Dengan demikian sebagian uang bisa dimanfaatkan untuk pos lainnya. Manajemen itu ternyata berhasil dijalankan.

 

Pemberdayaan Perajin 

Seiring berjalannya waktu Faishal diajak instansi pemerintahan untuk memamerkan perhiasan karyanya ke tamu dari Afrika. Tamu itu menyambut baik dan menjadi buyer pertamanya. “Ekspor yang membutuhkan keberlangsungan memacu saya untuk melakukan regenerasi perajin,” kata Faishal.

Faishal sempat mencari SMK perhiasan. Namun kompetensi lulusannya belum mencukupi. “Saya belum punya modal untuk menampung perajin di workshop yang besar,” kata Faishal.

Terlintas di benak Faishal untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat di desa. Mereka difasilitasi peralatan dan bahan baku. Uji coba diadakan di Kota Batu.

Desa adalah masa depan, berbeda halnya dengan kota yang tak ubahnya etalase. (foto dokumentasi pribadi)

Masyarakat merespon dengan baik. Perlahan-lahan mereka mengerjakan pesanan. “Ada yang berlanjut, ada yang mundur tapi kami terus memberikan pekerjaan,” kata Faishal.

Seiring dengan jam terbang yang semakin bertambah masyarakat mampu memproduksi perhiasan dengan standar yang bagus. Kualitas hasil karya mereka naik level dari skala pasar tradisional.

Perluasan pasar perhiasan mendorong Faishal menambah wilayah binaan ke desa yang lain. “Modal dari Astra saya gunakan untuk membina mereka. Selain itu dana Rp 150 juta dari pemerintah Australia dipakai untuk membangun sentra di Pujon, Kabupaten Malang,” ujar Faishal.

 

Total terdapat tiga wilayah binaan Faishal, yaitu Kota Batu, Kabupaten Malang (Bululawang dan Pujon), dan Kabupaten Pasuruan (Bangil). Jumlah perajin di masing-masing wilayah bervariasi. Ada wilayah dengan 20 perajin, ada pula wilayah dengan 136 perajin. “Indonesia  memiliki kekuatan tenaga kerja yang melimpah,” tutur Faishal.

Di wilayah tersebut sebenarnya sudah ada satu atau dua orang yang berpengalaman sebagai perajin, selebihnya perajin baru. Masing-masing wilayah binaan mampu mengerjakan pesanan sebanyak 1 kg perhiasan emas dan 9-10 kg perhiasan perak per bulannya.

Sistem pun ditetapkan, para perajin boleh mengerjakan pesanan dari orang lain. Namun mereka harus tetap mendahulukan pesanan dari Faishal. “Mereka dibayar berdasarkan perhiasan yang dibuat,” tutur Faishal yang memasok bahan baku dari Kota Malang.

Inspirasi desain perhiasan biasanya diperoleh Faishal Arifin dari internet, trend yang beredar, atau peluang pasar. (foto dokumentasi pribadi)

Faishal memanfaatkan whatsapp group sebagai media komunikasi dan koordinasi dengan para perajinnya. Terkadang terjadi kendala, misalnya pesan terlambat diterima karena gangguan sinyal. Solusinya tim harus sering melakukan pengawasan.

Faishal memilih orang desa, bukan orang kota dengan pertimbangan ada waktu kosong dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore sebelum mereka bekerja kembali. Waktu yang sebenarnya produktif tersebut biasanya digunakan untuk tidur atau bersantai. Berbeda dengan orang kota dengan aneka kesibukan sepanjang hari.

Selain itu Faishal melihat desa adalah masa depan. Kekayaan Indonesia ada di desa. Produksi pun dikerjakan di desa. Berbeda halnya dengan kota yang tak ubahnya etalase.

 

Prospektif

Toko Silver 999 sekilas tak berbeda dengan rumah-rumah di kiri kanannya. Ketika penulis memasuk garasi terlihat peralatan perajin. Memang tidak banyak sebab Faishal memusatkan pengerjaan perhiasan di wilayah-wilayah binaannya.

Menapaki ruang tamu terlihat etalase beragam perhiasan, seperti cincin, kalung, dan anting. Saat memandang ke bawah, terlihat tegel 90-an yang masih dipertahankan. Nilai lebih yang belum tentu dimiliki usaha lain.

Tak lama datang seorang pria yang tengah mencari cincin untuk pernikahannya. Ia mengaku mendapatkan informasi mengenai Silver 999 dari internet.

Silver 999 juga melayani permintaan custom yang belum tentu bisa dipenuhi pabrik besar. (foto dokumentasi pribadi)

Faishal memaparkan, sebenarnya di Kota Malang usaha perhiasan telah ada sebelum Silver 999 didirikan. Namun belum ada toko perhiasan di kawasan perumahan.

Menurut Faishal pesaing produk sejenis di Malang sudah ada. Namun mereka punya pasar sendiri. Oleh karena itu sebaiknya tidak menggunakan strategi dengan sistem konvensional.

Cari cara yang tidak lazim dilakukan pesaing, contohnya pembinaan. “Apakah ada usaha seperti saya yang mau melakukan pembinaan kepada perajin dengan mengajari, mendampingi, memberikan alat, dan mengawasi,” ujar Faishal yang menilai strategi pembinaan lebih menekan biaya operasional ketimbang mempunyai pegawai yang digaji bulanan.

Faishal mengilustrasikan, seandainya ada 5 perajin binaannya yang memberitahukan berita baik mengenai usahanya dan ada 1 orang yang mendengarkan itu dipandang berfaedah. Bayangkan jika 136 perajin binaan melakukan hal tersebut. “Saya merancang pembinaan yang akan memarketingkan diri saya secara tidak langsung tanpa saya harus memintanya,” kata Faishal.

Menurut Faishal, marketing bukan pada penjualan melainkan pada pengakuan. Pengakuan itu  mahal sekali dan sulit didapatkan. Pengakuan itu datang dari customer. Oleh karena itu pemilik usaha harus membenahi bisnisnya dari dalam. Pembenahan dilakukan dengan sistem yang tidak lazim, yaitu take and give.

Prospek usaha perhiasan ke depannya akan tetap ada selama manusia terutama wanita belum punah di muka bumi ini. (foto dokumentasi pribadi)

Faishal boleh berbangga sebab tokonya pernah dikunjungi oleh tamu negara yang tergabung dalam misi perdamaian PBB. Merupakan sebuah kehormatan untuk memperkenalkan produk prestisius khas Kota Malang kepada tamu yang berasal dari 15 negara tersebut.

Tak hanya itu, toko Silver 999 pernah didatangi tamu asing dari Chile, Inggris, dan Latvia. Mereka mempelajari cara pembuatan perhiasan perak. Wisata edukatif tersebut diselenggarakan tanpa dipungut biaya.

Pengalaman tersebut memperlihatkan bahwa saat ini terjadi perubahan mindset. Orang ingin mengetahui workshop dan proses yang terjadi atau dikenal dengan konsep open kitchen.

Faishal menyampaikan, Silver 999 pernah membuka gerai di salah satu supermarket di Kota Malang. Tujuannya hanya menginformasikan dan mempromosikan. “Saya membatasi satu tahun saja,” tutur Faishal.

Pembeli-pembeli yang terjaring selanjutnya dibawa ke tokonya. Faishal menyatakan, orang yang mendatangi tokonya pasti membeli. “Mereka yang masih ragu silakan mencari informasi sendiri mengenai harga atau kualitas perhiasan saya,” kata Faishal.

Kini baik perempuan maupun laki-laki menggemari perhiasan. (foto dokumentasi pribadi)

Inspirasi desain perhiasan biasanya diperoleh Faishal dari internet, trend yang beredar, atau peluang pasar. Ia juga melayani permintaan pembeli secara custom yang tidak mungkin dilakukan pabrik perhiasan. Faishal menilai cincin merupakan perhiasan yang paling digemari pembeli. “Kami juga melayani pembuatan pulpen emas atau pulpen perak,” tutur Faishal.

Faishal mencontohkan permintaan customer yang ingin dibuatkan patung emas atau kunci rumah dari emas. Hal tersebut menunjukkan saat ini perak dan emas bisa diaplikasikan ke bermacam-macam barang, tidak sebatas perhiasan. “Kita harus peka dan harus bisa membuatkan permintaan customer,” kata Faishal.

Permintaan secara custom tersebut menurut Faishal harus sesuai dengan gambar yang diberikan pembeli. Sebaiknya tidak melebihkan atau mengurangkan. “Di mata saya setelah produk itu jadi terlihat. Kita berasumsi, kalau dibaguskan orang akan suka. Belum tentu seperti itu,” ujar Faishal.

Faishal mengibaratkan dirinya seperti konsultan yang harus bisa melayani semua permintaan customer. Ia bersedia melayani sekalipun menghabiskan waktu sampai 4 jam hanya untuk membuat 1 cincin.

Faishal Arifin memulai usaha dengan bermodalkan kartu nama dan katalog. (foto dokumentasi pribadi)

Saat berpameran Faishal memilih berkeliling. Ia memperhatikan booth lain yang juga menjual perhiasan, berpura-pura menjadi pembeli, atau mengamati model perhiasan yang dikenakan pengunjung pameran.

Ide yang bermunculan itu ditulis. Dengan demikian Faishal semakin memahami model perhiasan yang disesuaikan dengan karakter pemakainya.

Prospek usaha perhiasan ke depannya dipandang Faishal akan tetap ada selama manusia terutama wanita belum punah di muka bumi ini atau turun temurun. Meskipun ada perempuan yang kurang menyukai perhiasan, setidaknya ia memiliki beberapa koleksi di lemarinya seperti cincin kawin. “Bayi perempuan tidak mungkin tidak dipakaikan anting,” kata Faishal.

Dari sisi gender, kini baik perempuan maupun laki-laki menggemari perhiasan. Sementara itu kelas menengah atas cenderung membeli perhiasan untuk koleksi. Berbeda dengan kelas menengah bawah yang membeli perhiasan untuk dijual lagi. “Ada pasarnya masing-masing,” tutur Faishal.

Faishal menawarkan produknya dengan harga paling murah Rp 50 ribu untuk batu sampai Rp 1 miliar. Ia memandang nilai perhiasan itu tidak terbatas.

Selain pemasaran secara offline Faishal juga memanfaatkan pemasaran secara online melalui website (www.tukangperhiasan.com) dan social media (Facebook dan Instagram). Dalam pandangan Faishal, social media harus diperkuat dengan website yang juga harus diperkuat dengan offline.

Pemasaran secara offline tidak hanya melalui toko juga pameran rutin. Silver 999 pernah mengikuti Trade Expo Indonesia tahun 2016 sampai 2018 dan Inacraft tahun 2014 sampai 2017. “Akhir-akhir ini saya melihat pasar lagi lesu. Lebih baik biayanya disaving untuk pemasaran yang lain. Kita harus realistis, jangan gengsi dengan pesaing dan jangan dipaksakan kalau tidak mampu. Saya memilih menghubungi pelanggan-pelanggan lama atau menawarkan ke buyer-buyer asing,” ujar Faishal.

Produk Silver 999 selain di wilayah Malang juga menjangkau Surabaya, Jakarta, Medan sampai Makassar. Selain itu Silver 999 menjangkau Afrika, Sri Lanka, Kanada, Brunei, dan Malaysia. “Permintaan terbesar berasal dari Brunei. Pembeli tertarik dengan model perhiasan yang tidak pasaran serta memiliki desain yang bagus dan pengerjaan yang halus,” kata Faishal yang tidak pernah menjual model perhiasan yang telah dipesan buyer ke pembeli.

 

Sukses itu Cukup

Perihal tips mengatasi kelesuan usaha terkait kondisi ekonomi yang tidak menentu dan penurunan ekspor, Faishal menjelaskan perlu dilakukan perampingan perajin dalam segala hal, seperti sistem dan biaya. Pekerjakan perajin yang loyal dan mampu. Selain itu pemilik usaha harus pandai membaca penanggalan. “Ikuti pelatihan, contohnya pelatihan pengembangan ekspor, pelatihan desain, dan pelatihan manajemen bisnis,” kata Faishal.

Tips lainnya adalah pelaku usaha sebaiknya jangan mengambil risiko yang terlalu tinggi. Orang sukses dalam bisnis ini banyak tapi orang bangkrut juga banyak. Oleh karena itu kita jangan gegabah dalam mengambil keputusan. “Jangan telan mentah-mentah perkataan mentor bisnis, sesuaikan dengan kemampuan kita dan jangan pernah gengsi mengatakan kata ‘tidak’,” ujar Faishal.

Mengatakan kata ‘tidak’ termasuk dalam mengambil pesanan. Jangan menerima pesanan kalau kita tidak mampu mengerjakannya. Dalam kondisi tersebut kita bisa memberikan referensi usaha lain yang bagus sehingga kita tidak dianggap pesaing melainkan mitra.

Dalam berbisnis sebaiknya tidak gegabah dalam mengambil keputusan. (foto dokumentasi pribadi)

Definisi sukses itu relatif. Menurut Faishal, sukses itu mengandung arti cukup atau tidak berlebihan. Ada uang untuk berobat ketika anak sakit. Ada uang untuk memperbaiki atap ketika atap bocor.

Selama menjalani usahanya, Faishal memegang teguh prinsip bahwa wirausaha membawa manfaat untuk orang lain. Kalau kita jadi karyawan, kita akan menyenangkan bos. Kalau kita jadi wirausaha, kita akan menyenangkan banyak orang. “Ada kepuasan tersendiri ketika wirausaha membina dan membagikan ilmunya,” kata Faishal.

Parameter kesuksesan ketika wirausaha membina orang lain adalah orang tersebut bisa menghidupi keluarganya, menyekolahkan anaknya atau merenovasi rumahnya. Perubahan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan karyawannya merupakan kebanggaan tersendiri bagi seorang wirausaha. “Hal itu yang tidak bisa dibayar dengan uang,” tutur Faishal.

Terkait ekspor, Faishal menyarankan seorang wirausaha harus berani. Pasar Indonesia memang luas. Ingat uang Rp 1 juta hari ini bisa dibelikan kambing. Apakah kita bisa melakukan hal yang sama pada tahun depan?

Berbeda halnya dengan mata uang euro yang memiliki nilai tukar yang besar. Kita bisa membeli emas atau investasi.

Faishal berkomitmen mempertahankan usaha yang sudah berjalan. Jaman sekarang tidak mudah mempertahankan usaha di tengah industri 4.0 dengan banyaknya pekerjaan manusia yang tergantikan oleh mesin. Ia juga ingin terus memajukan usahanya dengan memperluas pasar hingga ke Eropa.

Faishal menilai pasar Eropa adalah pasar masa depan. Selain itu pasar Eropa lebih menghargai produk handmade. “Ambil setiap kesempatan yang muncul di hadapan mata dan  segera olah,” tutur Faishal.

 

Kepercayaan

Atas semua kerja keras dan dedikasinya selama ini, Faishal dianugerahi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) Tahun 2015 di bidang kewirausahaan. Penghargaan tersebut membuat tokonya semakin banyak dikunjungi dan diliput media. Mereka ingin belajar tentang bisnis.

Efek yang diterima Faishal pasca penganugerahan SIA masih diterimanya hingga sekarang. Berbagai penghargaan diraihnya, antara lain Pemuda Pelopor Kemenpora 2015, Inspirational Figure 2017 dari Jawa Pos Radar Malang, Wismilak Diplomat 2018, dan UMKM Berprestasi dari Universitas Merdeka.

Kepercayaan dari pihak lain meningkat. Buyer pun tidak ragu-ragu bekerja sama dengannya. “Saya yang bukan siapa-siapa menjadi siapa-siapa, dari yang tidak punya apa-apa menjadi punya apa-apa karena Astra,” kata Faishal.

Wirausaha harus membawa manfaat untuk orang lain. (foto dokumentasi pribadi)

Program tahunan SIA diselenggarakan dalam rangka mencari pemuda-pemudi terpilih Indonesia yang telah memberdayakan dan menggerakkan masyarakat. Astra meyakini masih banyak pemuda di pelosok nusantara yang sebenarnya memiliki program pemberdayaan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Program tersebut dimaksudkan membantu dan mengusahakan orang lain agar mandiri dengan memberi solusi, cara atau alat, bukan sekadar memberikan donasi yang berdampak sementara. Program juga dapat berupa pelatihan keterampilan sekelompok orang, komunitas atau masyarakat yang kurang beruntung sehingga mereka mempunyai keahlian dan dapat hidup mandiri.

SIA membangun bangsa melalui inovasi-inovasi berdampak sosial yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat secara berkesinambungan. Melalui SIA PT Astra International mengajak generasi muda yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan untuk berpartisipasi memberikan kontribusi yang terbaik bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Semangat baru untuk melangkah dengan pasti demi kemajuan negeri dengan berkarya sesuai kemampuan diri sendiri di apapun bidang yang dijalani tentunya untuk kemajuan Indonesia.

Faishal bersyukur atas pelajaran hidup yang dirasakannya selama menjalani usaha dari satu bidang ke bidang lainnya. Faishal berpendapat, kita tidak bisa terlalu idealis dan jangan mudah menyerah. Ikuti proses yang ada sampai memperoleh titik temu. “Kesuksesan itu pasti, sukses sekarang atau nanti maka jangan menunda memulai usaha. Jika kita menunda, hasilnya juga akan menunda,” ujar Faishal yang pernah mendapat kesempatan mempelajari desain dari Griffith University Australia.