“Don’t be intimidated by what you don’t know. That can be your greatest strength and ensure that you do things differently from everyone else.” -Sara Blakely-
Memasak. Kata itu jauh dari penggambaran diri saya. Dibandingkan adik, kemampuan memasak saya terbilang jauh. Jika ia mampu menyajikan nasi goreng yang cocok di lidah kami sekeluarga, tidak dengan saya. Seingat saya kemampuan memasak hanya sebatas mengolah mie instan. Bukan prestasi yang patut dibanggakan bukan?
Namun semua penilaian itu pudar setelah saya mengikuti sebuah seminar. Para pembicara memunculkan semangat untuk berwirausaha. Saya masih ingat dengan perkataan seorang pembicara, jika ingin berwirausaha sebaiknya untuk sementara jangan meninggalkan pekerjaan utama. Lakukan perlahan. Ketika dirasa hasil dari berwirausaha secara materi lebih besar dari pekerjaan utama itulah saat yang tepat untuk serius membangun bisnis.
Jiwa kewirausahaan harus terus ditumbuhkan. Saat ini jumlah wirausaha 1,65 persen dari 250 juta penduduk. Harapannya persentase tersebut bisa ditingkatkan menjadi 2%. Dilihat dari jumlah wirausaha, Indonesia tertinggal bila dibandingkan dengan Singapura sebesar 7%, Malaysia 5%, dan Thailand 4%.
Inspirasi yang diperoleh dari seminar tersebut sempat mengendap dua tahun lamanya akibat kesibukan pekerjaan dan minat pada bidang lain. Hingga di tanggal bersejarah, 28 Juni 2012 lahirlah Coconas Cookies. Coconas merupakan penggabungan nama saya dengan Cocos Nucifera, nama latin kelapa. Harapannya usaha kue kering ini memberikan manfaat untuk banyak orang sebagaimana halnya kelapa yang berfaedah dari akar, daun, batang, hingga buah.
Selama proses mengandung Coconas Cookies, begitu banyak pertimbangan dan pemikiran. Dari tenaga kerja sampai pengaturan waktu. Namun saat pesanan kue itu datang, ketakutan yang selama ini menghantui ternyata bisa dihadapi. Nikmati saja prosesnya. Tetaplah tersenyum. Kesuksesan adalah hasil dari hal-hal terbaik yang kita lakukan setiap hari.
Saya teringat pesan salah satu pembicara terkait pelayanan kepada konsumen. Saya selalu mengantarkan pesanan kue kering kepada para pembeli. Melihat reaksi pertama mereka saat menerima kue kering yang saya buat sendiri dan menerima komentar setelah mereka merasakan kue tersebut memunculkan kesenangan tersendiri. Semua keletihan hilang digantikan dengan semangat untuk menghadirkan rasa yang mengundang selera di lidah para penikmat Coconas Cookies.
Kembali ke soal kemampuan memasak, saya percaya bahwa setiap orang dianugerahi kemampuan istimewa dalam dirinya masing-masing. Belum bisa saat ini bukan berarti tidak bisa selamanya. Tantanglah diri Anda! Bertepatan dengan momen hari raya, saya melihat prospek usaha kue kering akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu berbekal resep yang saya peroleh dari internet, saya memberanikan diri untuk merealisasikan segudang ide.
Semuanya serba otodidak. Jatuh bangun, sukses gagal bukan barang baru. Semuanya melekat untuk menjadikan diri saya sebagai wirausaha yang sebenarnya. Saya ingin mengikuti jejak sukses wirausaha lainnya, terutama wirausaha wanita. Keputusan terpenting dalam sebuah keluarga tak lepas dari tangan wanita. Kemajuan suatu bangsa pun tak terpisahkan dari campur tangan wanita. Para wanita Indonesia, bergeraklah. Mulailah melangkah dari sekarang. Langkah-langkah kecil yang Anda buat akan berarti besar untuk masa depan negara tercinta kita Indonesia.
Era Digital
Sudahkah Anda berdigital? Apa yang sudah Anda lakukan dalam berdigital baik secara pribadi maupun berbisnis. Seorang penulis menyampaikan informasi melalui blog. Tujuannya menjaring sebanyak mungkin pembaca. Seorang pebisnis memanfaatkan marketplace sebagai media pemasaran. Tanpa disadari, hampir setiap orang sudah mulai berdigital, entah memuat artikel di blog atau sederhananya menuliskan status di sosial media. Selain itu setiap harinya kita sering membeli kebutuhan seperti makanan menggunakan aplikasi. Belakangan semakin banyak yang memposisikan diri sebagai digitalpreneur. Tidak harus punya uang untuk menjadi digitalpreneur. Siapapun bisa menjadi digitalpreneur sejauh sudah melakukan hal-hal dasar berdigital.
Kita hidup di era serba digital. Di negara maju seperti Korea, Australia, dan Amerika sambil antri di commuter line, orang belanja dari smartphone. Saat tiba di rumah, produk yang dibelanjakan bersamaan sampainya. Kita tidak tahu mungkin beberapa tahun mendatang Indonesia akan seperti itu. Hidup menjadi mudah dengan berdigital. Seperti yang saya lakukan dengan berbelanja kebutuhan pembuatan kue kering di Bukalapak. Kategorisasi produk yang terorganisir memudahkan saya dalam pencarian. Sistem pembayarannya pun tak rumit.
Tercatat 57,7 juta UKM di Indonesia, tapi hanya 10% yang berdigital entah memiliki website atau media sosial. Seorang pebisnis apakah memilih mempromosikan produk di website atau media sosial? Media sosial lebih cepat, mudah, dan praktis. Berbeda dengan website yang menampilkan product knowledge secara lebih komplit. Secara general sebaiknya mengutamakan website karena itu rumahnya. Sementara di social media akan lebih dinamis. Foto yang diupload di media sosial dua minggu kemudian akan sulit dilacak. Lain halnya di website Anda bisa membuat kategorisasi produk.
Indonesia adalah pasar yang unik, media sosial media itu lebih happening. Di Filipina orang menjual produk di marketplace atau website. Jika disesuaikan dengan behavior masyarakat Indonesia, bisa memulai berbisnis dengan memanfaatkan media sosial. Apabila ingin mencapai hasil pencarian yang maksimal, manfaatkan website yang harus dioptimasi. Jadikan website sebagai rumah Anda, bangunlah website Anda. Sementara sosial media sebagai pintu masuk meningkatkan traffic.
Dalam website ada dua pilar yang harus dibangun, yaitu konten dan komunitas. Ada konten tapi tidak ada komunitas sama saja tidak berjualan. Produk sudah ada tapi tidak diupdate secara berkala, sama halnya Anda tidak berjualan. Kelemahan para pebisnis adalah tidak punya website dan komunitas. Lama-kelamaan websitenya mati. Kelemahan itu harus dipelajari. Di Jepang pebisnis dari awal sudah menetapkan kontennya secara kontinu.
Website bisa menjadi online store atau online catalog atau galeri produk secara dinamis. Melalui website Anda bisa menjangkau pelanggan 7 hari dalam seminggu atau 24 jam sehari. Jika Anda memiliki toko, karyawan bekerja delapan jam. Apakah Anda dapat membayangkan ketika toko itu tutup, ada orang yang ingin membeli produk tapi tidak ada yang mengangkat telepon. Maka investasi online harus didukung investasi offline.
Melalui website Anda bisa menjangkau pelanggan. Bahkan melalui Google Ads Anda bisa menargetkan orang di Malaysia melihat produk Anda di Indonesia. Terlebih di era MEA ini tidak lagi membicarakan pasar dalam negeri, kita bersaing di pasar mancanegara. Contohnya perajin di Yogyakarta bisa menargetkan marketnya di Rusia tanpa perlu membuka toko di negara tersebut dengan pertimbangan biaya yang terlalu mahal untuk dia. Atau seorang ibu rumah tangga yang bisa membuat kue. Ia tetap bisa merawat anak tanpa perlu meninggalkan rumah untuk membuka toko kue. Cukup fokus di konten dan komunitas.
Kadang website sudah bagus tapi konten diupdate setiap tiga bulan. Ibarat makanan sudah basi. Banyak cara berdigital. Jika Anda belum percaya diri dengan website, bisa bekerja sama dengan marketplace yang dirasa aman. Di sisi lain Anda butuh website saat mempromosikan produk di marketplace. Kalau produk Anda diklik di marketplace akan mendatangkan traffic ke website.
Semakin cepat membuat website, semakin mudah dioptimasi oleh Google. Apa yang dioptimasi di tahun ini akan diterima tahun berikutnya. Berbeda dengan media sosial, jika ramai di tahun ini keramaiannya tidak akan didapatkan pada tahun depan. Fungsi website adalah membangun kepercayaan calon pembeli. Mereka bisa membandingkan antara satu website dengan website lainnya.
Bayangkan website Anda adalah sebidang tanah. Ada perbedaan harga antara website yang dibangun selama lima tahun dan satu tahun. Sama halnya ketika Anda membeli tanah di Cibubur 20 tahun lalu Rp 200 ribu per meter, saat ini Rp 20 juta per meter. Itulah pengertian suatu website. Apa alasan pebisnis belum punya website? Gaptek, tidak mengerti, mahal, tidak ada uang. Padahal banyak yang menawarkan biaya pembuatan website dengan harga terjangkau dan platform yang bagus.
Potensi website sangat besar karena banyak orang yang menggunakan internet. Selain itu internet sudah lebih mudah diakses melalui smartphone dengan biaya paket data yang murah. Hal itu tak lepas dari peran pemerintah yang luar biasa. Di lain pihak belum semua UKM saat ini memiliki hal dasar yaitu email. Perlu ada edukasi. Padahal UKM berprospek besar. UKM tidak harus berinvestasi di ruko. Cukup dengan berdigital. Era ini UKM di Indonesia sangat dimanjakan.
Kalau Anda hari ini punya blog, buatlah website. Kalau Anda belum punya media sosial, sebaiknya memiliki. Jika Anda mengisi konten di media sosial, Anda memperkaya pemilik media sosial itu. Sebaliknya jika Anda mengisi konten website Anda, Anda memperkaya aset digital Anda yang tentunya mempengaruhi traffic. Media sosial layaknya jendela yang meningkatkan sumber traffic. Karena orang Indonesia suka bersosialisasi, media sosial digunakan untuk meramaikan website.
Sebagai seorang pebisnis, penting mengikuti business coaching. Berinvestasilah. Business coaching penting sekali untuk mengembangkan bisnis dari segi personal development. Jika merasa produk Anda laku lima atau sepuluh tahun ke depan, coba datangi angel investor. Mungkin mereka bisa membantu dalam hal pendanaan. Digital adalah kombinasi antara teknologi dan kreatif. Intinya mulai berwirausaha sekarang juga. Semoga produk UKM kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta memiliki daya saing yang kokoh dan mampu bersaing di pasar global.
UKM menjadi pahlawan ekonomi karena sebenarnya mereka yang memastikan proses ekonomi kerakyatan bergulir, mengurangi terjadinya pengangguran yang besar, serta tidak menjadi beban negara. Oleh karena itu perlu didukung pengembangannya.
Komentar Terbaru