Bagaimana perkembangan kuliner Indonesia di mata dunia? Ternyata orang Indonesia lebih familiar dengan pasta, pizza, spaghetti dibandingkan makanan negeri sendiri.
Demikian kesimpulan sementara yang diperoleh moderator Idfi Pancani pada talkshow Petualangan Kuliner Indonesia di @Mall Bassura pada 6 Agustus 2016. Terselenggara berkat kerja sama Synthesis Development, Jakarta Food Adventure (JFA), dan Jalansutra. Acara yang merupakan bagian dari Indonesia is Me yang dikampanyekan Synthesis Development sepanjang bulan Agustus tersebut menghadirkan tiga pembicara, yakni pendiri JFA Ira Lathief serta moderator Jalansutra Harry Nazaruddin yang biasa disapa Harnaz dan Lidia Tanod.
Harnaz menjelaskan, Jalansutra adalah komunitas pecinta makanan dan jalan-jalan yang dikomandani Bondan Winarno. Berawal dari kolom Jalansutra di Suara Pembaruan pada 2003. Anggotanya ribuan orang di berbagai kota. Beberapa nama seperti penulis Rendang Traveller Reno Andam dan pakar wine Yohan Handoyo adalah beberapa nama yang sudah dibesarkan oleh Jalansutra.
Apakah kuliner Indonesia layak diperjuangan? Bagaimana memperjuangkan kuliner Indonesia di luar negeri? Lidia menyampaikan, kulat pelawan adalah jamur yang berasal dari Bangka. Harganya Rp 1,5 juta per kg. Kulat itu hanya tumbuh di kayu pelawan saat musim hujan dan harus ada petir yang memicunya untuk tumbuh. Dalam satu tahun kulat pelawan hanya dipanen dua kali. Hal tersebut yang membuat harganya sangat mahal. “Pertumbuhannya alami sehingga tidak bisa dibuat perkebunan,” tutur Harnaz, penulis buku ‘Kimia Kuliner’.
Di Bangka kulat pelawan biasanya dimasak lempah yang mirip gulai. Lempah yang merupakan favoritnya orang Bangka ini dibuat bersantan. Bumbunya sederhana, hanya cabai, kunyit, garam, dan bawang merah. Tekstur kulat ini kenyal tapi lebih keras dari jamur shiitake. Satu porsi dijual Rp 250 ribu, hanya jamur, tanpa daging. Jamur termahal di dunia adalah truffle. Sebenarnya Indonesia juga punya. Truffle yang diproduksi di Perancis dikonsumsi di seluruh dunia. Berbeda dengan kulat pelawan yang hanya dimakan oleh orang Bangka. “Kalau kita bisa membuat seluruh dunia mengonsumsi kulat pelawan, harganya bisa melebihi truffle,” kata Lidia.
Pohon pelawan yang hanya ada di Bangka juga menghasilkan madu pelawan. Madu yang berasal dari bunga pelawan tersebut terasa pahit. Jika ingin melihat pohon pelawan, sebaiknya tidak datang saat musim hujan atau perayaan Ceng Beng dan Imlek.
Harnaz menguraikan, di Lasem ada rumput laut yang disebut Latoh. Lasem terletak di sebelah timur dekat Rembang. Latoh yang menginspirasi motif batik khas Lasem ‘Latohan’ ini hanya ada saat musim mangga. Biasanya diolah menjadi urap. Ternyata di Bali ada Bulung yang berbentuk menyerupai Latoh. Bulung biasanya dibuat rujak. “Ini komoditi yang bisa dikembangkan dan berpotensi,” tutur Harnaz.
Pakar kuliner William Wongso meningkatkan gengsi masakan Indonesia melalui improvisasi pada bahannya dengan membuat rendang wagyu hingga spaghetti saus kulat pelawan. Bahan Indonesia dipakai dan dinaikkan nilainya. “Semakin banyak orang seperti William, kuliner Indonesia bisa maju,” ujar Harnaz.
Makanan sebaiknya tidak hanya enak, juga memiliki tampilan yang menarik. Harnaz mencontohkan Toko Kue Mama di Makassar yang menjual kue tradisional Makassar dengan presentasi bagus. Bentuk Barongko misalnya diubah berukuran kecil sehingga bisa dijadikan teman minum kopi. Harnaz mengisahkan seorang temannya yang menjual gudeg di Singapura. Pembelinya sampai mengular. Mereka belum pernah melihat nangka dimasak begitu gurih. “Kalau kuliner Indonesia mau dipopulerkan di luar negeri, bentuknya harus diubah supaya cocok untuk orang asing,” kata Harnaz.
Pemerintah Thailand menetapkan bumbu yang sama untuk Tom Yum sehingga rasanya sama. Hal tersebut bida dilakukan untuk masakan Indonesia seperti soto ayam. Indonesia tidak perlu malu mengikuti strategi Thailand. Itu sudah terbukti. “Indonesia punya banyak makanan enak dan saatnya dunia tahu kita punya makanan enak,” kata Lidia.
Memperkenalkan Kuliner Indonesia
JFA yang didirikan oleh Ira pada awal 2016 adalah trip organizer berbasis komunitas yang mengeksplorasi budaya dan kuliner dengan target utama wisatawan asing. Latar belakang pendirian JFA saat Ira yang berprofesi sebagai tour guide mendapatkan fakta wisatawan asing yang rata-rata baru pertama kali ke Indonesia tidak tahu kuliner Indonesia. Berbeda ketika ditanya kuliner Thailand, mereka tahu Tom Yum.
Di internet Ira memperoleh fakta rendang yang pernah ditetapkan sebagai makanan terenak di dunia oleh CNN ternyata lebih dipromosikan oleh negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. “Mereka mempromosikan rendang dengan tampilan yang modern,” kata Ira yang juga seorang penulis dan wirausaha martabak D’Marco.
Selain itu kopi Indonesia sudah lama terkenal di dunia internasional, khususnya kopi Jawa. Apalagi di perdagangan dunia harganya sangat tinggi. Banyak orang yang tidak mengetahui kehebatan kopi Indonesia yang sudah digunakan di sebuah gerai kopi internasional. Untuk itu Ira mempromosikan kopi Indonesia dengan mengajak turis asing mencicipi kopi starling (Starbucks keliling). Mereka kagum. Setelah mencoba di pagi hari, sorenya ingin lagi. “Sepertinya mereka ketagihan. Mungkin karena suasananya karena saya ajak nongkrong di pinggir jalan. Hal otentik itu yang lebih diapresiasi oleh wisatawan asing,” ujar Ira.
Ira mencontohkan Singapura, Thailand, dan Malaysia yang menawarkan food tour kepada wisatawan asing. Sementara di Jakarta belum ada yang menawarkan petualangan merasakan kuliner lokal kepada wisawatan asing. Banyak juga orang Jakarta yang belum mengenal kotanya sendiri dengan cara yang menyenangkan.
Idfi menyampaikan ada kisah yang mengejutkan di balik kuliner yang kita makan sehari-hari. Contohnya kue cubit yang berdasarkan sejarah terinspirasi dari makanan yang dibawa orang Belanda ke Indonesia, poffertjes. JFA juga mengajak wisatawan asing berbelanja, menawar harga, hingga melihat rempah dan bumbu. Hal-hal tersebut dianggap menarik dan memacu adrenalin. “Ada pula cooking demo berdasarkan request, misalnya cooking demo martabak,” tutur Ira.
JFA secara reguler menjelajahi kawasan di Jakarta yang punya pengaruh budaya antarbangsa, seperti Cikini dengan restoran Arab atau Timur Tengah, makam habib dan toko yang menjual pernak-pernik Arab serta Little India dengan kuilnya di Pasar Baru. Ira memaparkan, Kampung Tugu adalah kampung Kristen tertua di Indonesia. Populasi umat Kristen di sana sangat tinggi. Menariknya musik keroncong yang kita kenal selama ini ternyata berasal dari Kampung Tugu. “Kami masukkan kuliner supaya orang lebih tertarik mengenal suatu kawasan,” kata Ira.
Di Kampung Tugu ada Pindang Srani yang berasal dari kata Nasrani. Selain itu kue pisang udang (seperti nagasari dengan isi yang gurih) dan ketan unti. Uniknya kue-kue di Kampung Tugu tidak bisa ditemukan di tempat lain. Mereka hanya membuat berdasarkan pesanan. Pengapresi kuliner harus tahu brand Indonesia di mata dunia. Sayangnya itu dianggap brand asing, contohnya JCO dan Kebab Turki Baba Rafi. “Kita juga perlu cinta dan memperkenalkan kuliner Indonesia dengan gimmick. Ketika bertemu orang asing saya menceritakan bakso yang disukai Presiden Obama. Hal itu menarik mereka,” ujar Ira.
Ragam Kuliner Nusantara
Setelah mendengarkan pemaparan tiga pembicara, acara selanjutnya adalah mencicipi ragam kuliner nusantara yang telah dikurasi oleh tim JFA. Kue Lampet adalah jajanan tradisional khas Batak Tapanuli. Kue ini dibentuk menyerupai limas dan dibungkus daun pisang. Ada dua jenis Lampet, yakni Lampet beras dan Lampet ketan. Kue Lampet terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan kelapa parut, diisi gula merah lalu dikukus selama 20 menit.
Kue Lampet dihidangkan dalam pesta adat orang Batak dan arisan. Lebih enak disantap saat hangat. Biasanya kue ini dijual di lapo. Kue Lampet paling terkenal berasal dari Kecamatan Siborong Borong.
Kue timpan adalah salah satu makanan khas yang berasal dari Aceh. Kue ini terbuat dari tepung ketan berisikan srikaya dan telur yang menjadi kegemaran masyarakat Aceh pada hari-hari besar Islam. Kue timpan juga banyak ditemui dalam jamuan pesta seperti pernikahan, khitanan, atau kenduri yang diselenggarakan oleh masyarakat Aceh. “Rasanya yang manis membuat kue ini lezat sehingga disukai baik orangtua maupun anak-anak,” kata Nia dari Rumah Makan Selera Aceh yang membuat kue Timpan berdasarkan pesanan.
Sayur Babanci atau Ketupat Babanci adalah salah satu kuliner ikonik khas Betawi yang kini mulai langka. Kelangkaan ini disebabkan 17 bahan dan rempah untuk membuat sayur ini sulit ditemukan di Jakarta. Dinamakan Sayur Babanci karena sayur ini tidak jelas jenisnya, bukan sayur, bukan soto, bukan juga kare. Disebut juga sayur babanci karena dibuat oleh baba dan cici. Walaupun disebut sayur, tidak ada campuran sayur di dalamnya.
Isi Sayur Babanci biasanya daging dan irisan kelapa muda. Awalnya menggunakan kepala sapi kemudian dimodifikasi dengan paha sapi. Dimasak selama tiga jam. Apinya kecil sampai bumbunya benar-benar meresap. Karena sulit mendapatkan bahan-bahannya, kini warga Betawi menyajikan sayur ini hanya pada hari-hari besar keagaamaan seperti Idul Fitri dan Lebaran Haji. Sayur Babanci juga tidak mudah dijumpai di warung atau restoran yang menyajikan menu-menu Betawi.
Es Pallubutung merupakan salah satu minuman pencuci mulut favorit masyarakat Bugis selain Es Pisang Ijo. Es Pallubutung sedikit mirip walaupun tidak seterkenal Es Pisang Ijo. Bedanya Es Pallubutung tidak dibalut adonan hijau. Selain dinikmati dalam keadaan dingin, Pallubutung juga nikmat disantap dalam keadaan panas. Pallubutung biasa dimasak saat membangun rumah atau menanam padi. Karena menggunakan sirup yang hanya diproduksi orang Makassar, Pallubutung ini ciri khasnya manis sekali.
Kampung Tugu di kawasan Semper, Jakarta Utara dikenal sebagai “Portuguese Village”. Kampung tersebut memiliki warisan budaya dan kuliner unik yang tidak didapatkan di tempat manapun di Jakarta. Kue khas Kampung Tugu hanya disajikan saat hari-hari tertentu. Seperti ketan unti yang disajikan pada upacara kematian. Kue pisang udang dibuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan sampai kental. Isiannya adalah pepaya muda dan udang segar. “Dihidangkan sebagai teman minum kopi,” tutur Ibu Erna yang merupakan orang asli Kampung Tugu.
Sementara itu Pindang Srani menggunakan ikan bandeng. Semakin sedap jika Pindang Srani ini didiamkan semalam lalu dimakan keesokan harinya. Dahulu Pindang Srani adalah menu sehari-hari. Kini hanya dihidangkan saat Natal dan Tahun.
Teh Talua adalah minuman khas Sumatera Barat yang merupakan menu wajib di warung atau restoran Padang. Minuman ini terbuat dari teh, gula, telur, dan sedikit perasan jeruk nipis. Di Minangkabau Teh Talua adalah minuman bergengsi dan berkelas yang biasa disajikan di berbagai acara adat yang dihadiri para pejabat, saudagar, dan orang kaya. Selain itu Teh Talua diminum oleh para petani karena dipercaya menambah stamina.
Martabak telur merupakan salah satu makanan kesukaan orang Indonesia yang mudah dijumpai dari Sabang sampai Merauke. Ada pendapat yang mengatakan Martabak Telur mempunyai pengaruh dari India. Selain di Indonesia, Martabak Telur juga umum didapati di Singapura dan Malaysia.
Ingin mencicipi ragam kuliner nusantara?
Kue Timpan:
Rumah Makan Selera Kita
Jl. Antara No. 8
Pasar Baru-Jakarta Pusat
021-3515953, 081291866224
Sayur Babanci:
Historia
Jl. Pintu Besar Utara No. 11
Kota Tua-Jakarta Barat 11110
021-6904188
www.foodandbar.com
Es Pallubutung:
Uphy
081296002911, 087782246796, 081248169169
Makanan khas Kampung Tugu:
Eugenia Food&Cake
081387766282, 081213084449
Teh Talua:
Warung 165 Pak Datuak
PGC Lantai 7
081293710310
D’Marco Martabak
www.franchisemartabakdmarco.com
085782064907, 081314898425
Komentar Terbaru