Indonesia dengan kekuatan hutan yang luas berpotensi mengembangkan furniture. Mari garap dan besarkan industri mebel dan kerajinan di Indonesia.
Indonesia International Furniture Expo (IFEX) diadakan pada 11-14 Maret 2016 di Jakarta International (JI) Expo, Kemayoran. Beragam produk dipamerkan, seperti furniture untuk dining room dan bedroom, garden furniture, office furniture, lighting and accesories, arts and crafts, hingga curtain and textiles. Pada tiga hari pertama, buyers dari dalam dan luar negeri diberi kesempatan mengeksplorasi produk yang mereka tuju. Sementara pada hari terakhir, pameran dibuka untuk umum, memberi kesempatan kepada masyarakat menjelajahi keindahan desain berbagai produk yang ditampilkan di IFEX.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Abdul Sobur, puncak kunjungan terjadi pada hari kedua dan ketiga. Pameran di luar negeri kecil sekali menyerap peserta. Berbeda dengan IFEX yang bahkan mampu menampung usaha kecil menengah serta industri kecil dan menengah. Secara keseluruhan IFEX merupakan pameran berstandar internasional, tidak hanya menjadi yang terbesar di Indonesia, juga di kawasan Asia. “Kami harapkan kunjungan atau kehadiran buyer di tahun depan lebih besar dari tahun ini,” kata Sobur.
Wakil Ketua Umum Bidang Pemasaran dan Promosi AMKRI Tenggono Chuandra menyampaikan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari buyer yang hadir, pameran kali ini jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Selain itu jumlah pengunjung juga meningkat dibanding tahun lalu. Semua peserta bisa menampilkan produk-produk yang dapat diunggulkan. “Kemarin saya bertemu dengan peserta dari Australia, mereka senang dengan IFEX yang berkualitas. Saya kira melalui kerjasama dengan Dyandra bisa dicapai target bersama,” ujar Tenggono.
President of Rimba Central Management Group Rudi Halim menjelaskan, pameran kali ini di luar ekspektasi, sampai ada exhibitor yang kekurangan space. Rudi mengharapkan sesuai dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan furniture dunia, Indonesia siap menjadi salah satu produsen furniture terbesar di kawasan regional didukung dengan pameran-pameran yang memadai. Ke depan pihaknya akan berkoordinasi dengan pemilik JI Expo untuk memperluas bangunan. Rudi juga menggandeng produsen mesin dan furniture di China untuk penjajakan. “Mudah-mudahan mereka bisa investasi di Indonesia karena selama ini mereka berpikir pindah ke Vietnam padahal sudah terlalu penuh,” ujar Rudi.
Barometer
Direktur Dyandra Promosindo Daswar Marpaung bersyukur untuk IFEX yang dipersiapkan selama satu tahun. Beliau berterima kasih kepada partner seperti AMKRI yang berjuang untuk industri furniture Indonesia. Dyandra bangga menjadi bagian dari visi dan misi AMKRI yang strategis. Semoga kerjasama ini berlangsung terus. Sampai saat ini hampir semua yang dihadapi berjalan baik. Bukan hanya dari segi kuantitas, juga kualitas exhibitor makin baik dibanding tahun sebelumnya. “Melakukan transaksi, itu kualitas yang lebih baik yang dirasakan exhibitor,” tutur Daswar.
Daswar memaparkan, pihaknya telah mempersiapkan kapasitas 450 buyer, tapi melonjak menjadi 600 buyer. Di satu sisi cukup kewalahan, di sisi lain menikmati situasi itu. Buyer dipertemukan dengan exhibitor supaya saling mengenal. Dyandra akan melakukan improvisasi untuk kemajuan IFEX tahun 2017. Hal-hal yang kurang baik pada IFEX 2016 diterima guna memuaskan exhibitor. “Tahun depan banyak yang harus kami perbaiki untuk kemajuan industri nasional dan itu yang kami harapkan,” kata Daswar.
Tenggono menyampaikan, pada hari pertama diadakan Buyers Nights Awards. Penghargaan diberikan kepada tiga pembeli dari negara di regional Amerika, Eropa (IKEA), dan Jepang (Yamasen).Amerika merupakan pembeli terbesar mebel sebanyak 60 persen. Jangan lupa China merupakan potential market yang belum banyak diketahui orang. Buyer Amerika kebanyakan wholesaler yang membeli kulakan. Selanjutnya mereka menjual ke retailer yang kemudian menjual ke end user. Jadi ada empat tahapan. Biasanya wholesaler membeli dalam volume besar dan dijual ke retailer yang memiliki toko. Pameran di luar negeri selain biaya spacenya mahal, biaya transportasi juga mahal. Devisa pun dibuang di luar negeri. Berbeda bila pameran diadakan di dalam negeri. Peserta dari Yogyakarta, Surabaya, atau Bandung mengeluarkan biaya yang lebih kecil. “Oleh karena itu pameran ini sangat penting dilaksanakan,” kata Tenggono.
Sobur menambahkan, setiap buyer yang datang rata-rata mengelurkan Rp 50 juta. Pasti mereka serius membeli, tidak mungkin main-main. Artinya kualifikasi pameran di IFEX masih jauh lebih baik dibanding menggelar pameran di luar negeri. Sobur mengungkapkan, 50 persen buyer adalah buyer lokal, sebagian besar berasal dari kontraktor serta hotel, restoran, dan katering (horeka). Ada informasi bahwa ekonomi negara-negara di Afrika atau Uzbekistan dan Kazakhstan konon bagus. Anggota AMKRI belum ada yang serius menangani pasar itu karena belum familiar. “Kami coba peroleh informasi dari kedutaan besar. Lagi-lagi pemerintah harus memberikan support dan biaya terutama ke Eropa Timur dan Afrika Selatan,” ujar Sobur.
Tenggono menilai jurnalis yang hadir sepanjang IFEX adalah jurnalis umum. Sementara di luar negeri sudah dikenal jurnalis yang mendalami bidang mebel. Jurnalis yang datang ke IFEX berasal dari negara seperti Turki, Perancis, dan Romania. Sayang sekali melihat Indonesia merupakan produsen mebel sejak 30 tahun lalu. Maka jurnalis mebel harus digalakkan. Bagaimanapun pertumbuhan negara bisa dilihat dari industri mebelnya. Ekonomi lesu ternyata industri mebel naik. Industri mebel bisa jadi barometer. “Orang-orang yang selesai kuliah, kerja, dan memasuki rumah tangga ingin mengisi rumah atau apartemen yang dibelinya dengan mebel,” ujar Tenggono.
Itulah mengapa industri mebel begitu penting dan terus naik. Di Indonesia mebel dan kerajinan adalah industri padat karya, sebab bisa menampung tenaga kerja yang sangat besar. Lebih besar dari tekstil dan alas kaki. Pasalnya industri mebel 70 persen menyerap kaum pria, kebalikan dari industri tekstil dan alas kaki yang 80 persennya adalah perempuan. Sobur mencontohkan China yang menggelar pameran sebanyak 17 kali dalam setahun. IFEX akan dirancang pada September mendatang di lokasi yang sama dengan menyasar horeka. Pameran itu akan menyajikan sesuatu yang lebih spesifik, mungkin ke desain yang lebih bisa diterima oleh semua kalangan.
Mendunia
Sobur juga menjadi salah satu peserta IFEX dengan mengusung Kriya Nusantara. Usaha itu dimulai tahun 1995. Tercatat 80 persen produk diekspor ke Timur Tengah, seperti Qatar, Dubai, Abu Dhabi, Kuwait, Oman, Bahrain, dan Arab Saudi. Sisanya ke Eropa dan Asia. Pertimbangan Sobur memilih pasar itu adalah relatif belum digarap pengusaha lain yang memilih pasar Eropa dan Amerika. Dengan demikian persaingan tidak ketat. Dari awal karakter produk dirancang lebih spesifik ke market Timur Tengah.
Setelah 21 tahun Sobur berencana membuka pasar Indonesia pada tahun ini. Rencananya di Bandung (1-2 toko), Jakarta (3-4 toko yang menyasar mall), Bali, dan Batam. Surabaya dan Yogyakarta masih diperhitungkan. Pertimbangannya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika hal itu tidak dimulai, orang Vietnam, Singapura, dan Malaysia yang bergerak. Jangan sampai mereka membuka toko di Indonesia. Dalam pandangan Sobur, paling bagus menggarap sisi pemasaran di luar negeri sambil memperkuat dalam negeri. Lebih bagus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Mei nanti saya akan launching di Dago, Bandung,” tutur Sobur.
Pasar Timur Tengah diperoleh Sobur melalui pameran di negara tujuan, antara lain Dubai dan Qatar. Sedikit sekali buyer dari negara tersebut yang mendatangi IFEX. Walaupun pasar IFEX adalah Eropa dan Amerika, tetap saja ada orang Timur Tengah yang datang. Pasalnya Indonesia sudah sangat dikenal dengan kerajinannya yang luar biasa. Produk Kriya Nusantara mencakup mebel, home decor, artwork, lamp dan lighting, hingga gift item. Sobur memaparkan, di dunia yang modern dan kontemporer ini ada fenomena positif, yakni keinginan menyenangkan satu sama lain. Hal itu itu terjadi sejak dulu tapi tidak sesemarak sekarang. “Orang kalau menyenangkan orang lain tidak memberi uang tapi gift, barang unik yang tidak dimiliki orang itu,” kata Sobur.
Kriya Nusantara mengambil posisi itu sehingga bisnis gift item dan boxes digeluti sejak 2008 dan berkembang lebih cepat bahkan dibanding mebel. Produk itu menjadi backbone Kriya Nusantara. Trendnya lebih cepat dan ada keunikan. Terlebih ekonomi Timur Tengah stabil. Di sana gift item menjadi wadah parfum dan souvenir. Sobur mencontohkan salah satu produk Kriya Nusantara yaitu radio yang mengangkat sisi ekspresi tradisional, menampilkan ragam hias, dan mengingatkan keunggulan seni Indonesia. Tidak hanya berfungsi sebagai radio, juga speaker aktif. “Dari handphone jarak 30 meter bisa setel musik yang Anda suka tapi rasanya Indonesia,” tutur Sobur.
Penjualan terbesar radio di Dubai dan Arab Saudi. Sementara pada tahun ini akan dibuka pasar domestik di Alun-Alun Grand Indonesia. Dalam pembuatan radio, Sobur bekerjasama dengan Panasonic. Radio didesain Arab, kontemporer, dan sesuai trend dunia. Tak heran Kriya Nusantara menjadi leader market dengan lima perusahaan besar di China sebagai follower. Sobur menyiasatinya dengan membuat 250 desain dalam setahun. Guna menghasilkan desain yang fresh, dibentuk tim riset yang terdiri dari 11 desainer yang fokus pada gift item. “Leader harus pintar, kalau tidak dimakan. Begitu kami produksi besoknya ditiru. Sekarang sudah 90 desain yang mereka bajak,” ujar Sobur.
Saat ini Kriya Nusantara didukung 700 karyawan yang menghasilkan ratusan ribu unit produk dalam setahun. Produk dengan segmentasi pasar premium itu ditawarkan dengan harga Rp 4 juta sampai ratusan juta. Harga ekspor empat kali lipat dari harga di dalam negeri. “Saya lagi pikir untuk generasi muda. Arahnya fashion seperti jam tangan dari kayu yang mereka sukai. Daya beli mereka cukup tinggi,” ujar Sobur.
Komentar Terbaru