Sign up with your email address to be the first to know about new products, VIP offers, blog features & more.

Berbagi bersama Insan Bumi Mandiri hingga ke Timur Indonesia

Konsisten memegang prinsip ‘tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah’. Luruskanlah niat dalam berbagi untuk tidak membiarkan banyak orang terus menengadahkan tangan di bawah.

NTT merupakan salah satu provinsi yang terdiri dari beberapa wilayah kepulauan. Di provinsi ini terdapat Kabupaten Alor yang meliputi Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Ternate, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Rusa, Pulau Kambing, dan pulau-pulau kecil lainnya.

Kabupaten Alor bagai manikam mengambang di antara Laut Flores, Laut Banda, dan Perairan Lembata. Tuhan menurunkan berkah di Kabupaten Alor dengan kondisi alam dan lingkungan yang molek.

Kabupaten ini memiliki relief alam yang mempesona. Laut, pantai, perbukitan, gunung, dan pedesaan saling melengkapi.

Alor sudah dikenal di seluruh dunia sejak abad ke-16. Ketika itu Alor disebut dalam catatan perjalanan keliling dunia kapal Spanyol yang ditulis Antonio Pigaffeta pada 8-25 Januari 1522.

Sejak saat itu banyak peneliti dari barat berkunjung ke Alor, antara lain antropolog Dubois. Sejumlah wisatawan asing yang datang ke Alor disambut dengan sukacita. Suku-suku asli masih terus berkembang mengikuti irama kehidupan yang menyatu dengan alam.

 

Ironi

Di Pulau Alor tenun ikat adalah pusaka leluhur. Proses tenun dan motifnya bagian dari warisan nusantara, tak terkecuali warna khas kain tenunnya. Sebagian penenun menggunakan pewarna alam. Mereka melestarikan warisan dan tradisi nenek moyang, identitas yang melekat sejak dulu.

Di balik indahnya pantai-pantai di Alor, keindahan tenun ikat muncul dari perpaduan alam dan keterampilan manusia. Penenun menggunakan pewarna kain yang berasal dari sumber bahan alami, terutama tumbuhan (daun dan kulit pohon) serta tinta cumi.

Namun demikian masih ada kenestapaan yang dirasakan masyarakat Alor, diantaranya sumber air yang jauh dari permukiman dan kekeringan yang membuat mereka tidak bisa berladang. Kemiskinan menyebabkan perputaran uang sangat minim. Di sisi lain pemerintah kabupaten menetapkan empat target pembangunan masyarakat, yaitu penguatan ekonomi yang berdaya saing, penguatan sumber daya manusia, penguatan kelembagaan pemerintah dan masyarakat, serta pembangunan infrastruktur.

Insan Bumi Mandiri (IBM) hadir di Alor, mengajak masyarakat Indonesia dekat dengan saudara-saudaranya di Indonesia Timur. Hal yang kita anggap mudah selama ini seperti konsumsi air bersih nyatanya jauh dari jangkauan masyarakat Alor. Tentu bukan tanpa alasan IBM mengepakkan sayapnya hingga ke timur Indonesia, wilayah yang selama ini terkesan jauh dari jangkauan siapapun.

Pada November 2018 IBM meluncurkan Program Tenun.In (Tenun Indonesia) di Kelurahan Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor. Dalam menjalankan program tersebut IBM menggandeng PT Sarana Multi Infrastruktur, mitra korporasi pertama dalam program Tenun.In.

Program Tenun.In bertujuan mengangkat potensi lokal khususnya aktivitas penenun yang potensial dikenal dunia serta menjadikan tenun ikat sebagai produk berkelas nasional dan internasional yang mengikuti perkembangan jaman. Tenun ikat sendiri merupakan salah satu potensi lokal yang dimiliki NTT.

Sebelum Program Tenun.In dirilis para penenun menghadapi kendala inovasi dan pemasaran produk. Diharapkan program tersebut dapat mengatasi persoalan yang dihadapi para penenun. Pengembangan potensi ekonomi diharapkan mampu menghidupkan sumber daya lokal. Dengan demikian tenun ikat Alor mampu menjadi produk unggulan kabupaten.

Banyak pihak mengkhawatirkan hilangnya tenun ikat karena penenunnya yang semakin tua. Oleh sebab itu perlu dilakukan kaderisasi dengan merekrut kaum muda dalam aktivitas menenun.

Program Tenun.In yang diikuti 30 penenun meliputi pelatihan inovasi tenun ikat dan pelatihan digital marketing. Tak hanya itu, para penenun juga memperoleh pelatihan pengelolaan usaha dan pendampingan selama program berlangsung.

 

Jejak Kebaikan

IBM yang didirikan pada Februari 2016 merupakan lembaga filantropi yang bertujuan memberdayakan pedalaman Indonesia. Selain NTT, IBM menjalankan aksi kemanusiaannya di NTB, Papua, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan.

IBM yang berpusat di Bandung bekerja dengan sistem crowdfunding. Hingga saat ini IBM telah menggerakkan 427 program donasi dengan 52.441 donatur atau yang biasa disebut sahabat pedalaman dan 49.339 penerima manfaat. Adapun program yang diusung IBM, yaitu pembangunan (misalnya pengadaan air bersih), pendidikan (beasiswa untuk anak yatim), kesehatan (biaya pengobatan kanker payudara), dan pemberdayaan (motor untuk guru ngaji pedalaman).

Di website insanbumimandiri.org Anda bisa menemukan banyak campaign. Anda bisa membantu mewujudkan perubahan untuk mereka yang membutuhkan pertolongan. Beberapa campaign yang saat ini sedang berjalan, yakni donasi untuk pembangunan Masjid Darul Ulum di Sumatera Selatan, donasi untuk pengobatan tumor guru ngaji di NTB, donasi untuk rumah layak bagi janda pencari kayu di NTT, dan donasi untuk biaya pengobatan relawan kesehatan NTT.

Kini berdonasi menjadi lebih mudah melalui IBM. Anda yang ingin berdonasi bisa mendaftarkan diri di website IBM. Selanjutnya Anda bisa menyumbang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nominal donasi yang ditentukan IBM, yakni Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, Rp 150 ribu, dan Rp 200 ribu.

Kebaikan yang ditebar setiap insan melalui donasi yang disalurkan diyakini IBM mampu membantu langkah kecilnya untuk saudara-saudara di pedalaman. Dengan demikian beragam persoalan yang dihadapi, yaitu akses transportasi, infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan mampu dibenahi bersama.

IBM menjamin setiap donasi yang diberikan akan disampaikan kepada para saudara di pedalaman. Para donatur juga dapat mengakses Tak hanya itu, pelayanan terbaik IBM memudahkan para sahabat pedalaman untuk berbagi.

 

Filantropi

Secara garis besar filantropi adalah kegiatan yang hampir dilakukan setiap hari. Istilah lain filantropi adalah berbagi, berderma, atau bersedekah. Praktik ratusan tahun lalu tersebut saat ini dikemas dalam terminologi filantropi.

Filantropi berasal dari bahasa Yunani, filos dan antropos yang intinya mencintai dan membantu sesama dengan berbagi sumber daya, pikiran, tenaga, keahlian, uang, dan lain-lain. Saat duduk di bangku sekolah kita diajarkan menengok guru yang sakit misalnya.

Filantropi kini berkembang dalam cakupan yang luar biasa menjadi suatu kegiatan yang lebih terorganisir dan berjangka panjang dengan program-program yang tidak sekadar santunan. Bahkan kita bisa membantu masyarakat lewat program advokasi atau pemberdayaan perempuan.

Pembeda filantropi dan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah cakupan filantropi lebih luas dibanding CSR yang biasanya dikaitkan dengan cara atau strategi perusahaan untuk bertahan berkelanjutan terkait dengan core business. Sebagai contoh filantropi ialah perusahaan kosmetik yang mendukung kesenian.

Indonesia sedang mencoba berevolusi. Dilihat dari program Nawacita pemerintah, filantropi bisa dihubungkan dengan program revolusi mental. Pasalnya banyak orang kaya atau orang berpendidikan di Indonesia. Namun tidak semua dari mereka memiliki mental untuk beramal.

Filantropi hanya membutuhkan kemauan (goodwill) dan ruang. Ada banyak cara berbagi untuk sesama, seperti membantu banyak organisasi melalui sumbangan uang, tenaga, hingga pikiran.

Di Indonesia filantropi atau yang biasa disebut kedermawanan sosial sedang berkembang pesat. Ratusan yayasan filantropi terus bermunculan hingga bisa menyumbangkan Rp 12,45 triliun di tahun 2015. Bahkan kini filantropi tidak hanya digeluti kalangan elite, kaum muda pun sudah mendirikan beberapa yayasan atau komunitas dan melakukan berbagai kegiatan sosial. Bersama-sama berbagi kebaikan dan kebajikan.

Hal tersebut mengantarkan Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai negara dermawan di seluruh dunia setelah Myanmar oleh Majalah Forbes tahun 2016. Filantropi di Indonesia akan semakin berkembang dan dikenal oleh bangsa lain.

 

Crowdfunding

Bagi masyarakat Indonesia filantropi bukan barang baru karena sudah diaplikasikan beratus tahun yang lalu. Dahulu kegiatan filantropi dijalankan dengan kotak amal yang diedarkan dari rumah ke rumah.

Masuknya anak muda membuat filantropi lebih berkembang. Tradisi jimpitan, patungan sekarang dibawa ke dunia maya dengan istilah crowdfunding dengan banyak terobosan.

Dulu filantropi diadakan dalam suasana formal. Berbeda dengan saat ini, filantropi dikaitkan dengan kegiatan yang menyenangkan dan tidak sekadar menghimpun dana, misalnya gowes sambil charity. Menyumbang sekaligus bergembira.

Pemanfaatan digital media yang luar biasa juga mendorong lebih banyak donatur muda terlibat dalam kegiatan filantropi. Cara tersebut turut menyukseskan perkembangan filantropi di Indonesia.

Filantropi adalah ekspresi cinta kasih kepada sesama dengan jalan membantu mereka, misalnya menjadi relawan. Filantropi tidak identik dengan uang. Kita bisa membantu sesama dengan beragam cara yang kita bisa.

Banyak organisasi yang menyediakan bermacam-macam cara untuk berbagi. Organisasi tersebut menjembatani masyarakat untuk menyumbang. Pasalnya banyak kegiatan sosial yang tidak dipahami masyarakat. Kondisi tersebut membuat mereka enggan menyumbang, misalnya menyumbang dana untuk pengadaan jamban. Oleh karena itu perlu dijembatani dengan cara-cara menyumbang yang menarik, contohnya berlari sambil menyumbang.

Di tengah era persaingan yang kian ketat di segala bidang faktanya tak mengikis kultur berbagi di masyarakat. Bahkan kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk memicu aksi kemanusiaan yang lebih masif, seperti pengumpulan dana untuk bantuan sosial melalui platform digital. Seperi apa geliatnya?

Pepatah ‘tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’ tentu tak asing di telinga kita. Makna pepatah ini adalah memberi kepada sesama lebih baik daripada meminta-minta. Dengan kata lain masyarakat dimotivasi untuk memberi pertolongan kepada siapapun yang membutuhkan. Pepatah ini tampaknya rajin dipraktikkan masyarakat Indonesia.

World Giving Index Tahun 2016 menunjukkan tingkat kedermawanan Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dalam hal memberi bantuan kepada sesama. Sebanyak 75% orang Indonesia pernah mendonasikan uangnya untuk membantu sesama. Sementara itu 50% orang Indonesia pernah berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Adapun dua negara Asia yang peringkatnya lebih tinggi dari Indonesia adalah Myanmar dan Srilanka. Myanmar bahkan menempati posisi teratas selama tiga tahun berturut-turut.

Umumnya kebaikan berupa aksi memberi sedekah atau apapun bentuknya begitu marak terlihat di momen keagamaan termasuk yang dilakukan Presiden Joko Widodo. Salah satu bentuk aktivitas yang rutin kita saksikan setiap tahun adalah presiden membayar zakat. Bahkan besaran zakatnya dirilis ke publik. Tak tanggung-tanggung presiden membayar zakat sampai Rp 45 juta. Angka ini berasal dari 2,5% pendapatan beliau. Dengan kata lain, semakin besar penghasilan, semakin besar pula pemberiannya.

 

Donasi Era Digital

Situs penggalangan dana merupakan cara baru menggalang donasi di era digital. Meskipun tanpa interaksi langsung, cara tersebut mampu merangkul banyak donatur. Trend aksi donasi untuk kegiatan kemanusiaan melalui media online belakangan kian menggeliat.

Gotong royong adalah hal yang lazim di Indonesia termasuk urun dana untuk membantu sesama. Belakangan aksi urun dana bisa dilakukan secara praktis dengan sistem online (crowdfunding).

Crowdfunding tidak hanya bisa diterapkan pada bisnis, juga sosial. Bung Hatta pernah menyampaikan bahwa orang Indonesia itu pada dasarnya gemar bergotong royong. Dahulu penyumbangan dikirim ke rekening pribadi. Cara tersebut dinilai tidak transparan. Kita tidak  tahu nominal dana yang terkumpul dan penggunaan dana tersebut.

Berbeda dengan penggalangan dana secara online. Ada sistem yang membuat penggalang dana merasa lebih aman karena terlihat nominal dana yang terkumpul, penggunaannya, dan  laporan yang terkirim ke donatur.

Sebagian orang menganggap crowdfunding semata social orientation movement. Namun gerakan tersebut bisa menjadi lebih revolusioner. Crowdfunding secara ideologi mendemokratisasi akses pendanaan. Di Inggris banyak dibangun atas inisiatif masyarakat dengan sistem patungan.

Ketika kita membicarakan humanisme, tidak ada jarak dan pembatas antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Sejatinya tradisi berderma adalah bagian dari kultur gotong royong yang telah mendarah daging di tanah air. Inilah tradisi yang mampu menjadi obat mujarab ketika penyakit kerawanan sosial mendera masyarakat kita.

Sejalan dengan itu tradisi bernilai filantropi tidak terkikis sedikit pun meski kemajuan teknologi disebut-sebut mendorong perubahan budaya dan interaksi antarmanusia. Kenyataannya teknologi menjadi bahan bakar bagi konsep berbagi yang lebih masif yang menjaring banyak orang untuk ikut terlibat.

Bahkan pengalaman menunjukkan trend filantropi digital kian mampu banyak menyentuh dan berkontribusi memperbaiki taraf hidup mereka yang tak mampu. Tak salah jika harapan terciptanya keadilan sosial bisa dibangkitkan jika kita terus memupuk aksi berbagi ini.