Sign up with your email address to be the first to know about new products, VIP offers, blog features & more.

Proklim Sunter Jaya, Inspirasi Kampung di Tengah Kota Jakarta

Pembina Proklim Sunter Jaya Sutarno yang berinisiatif membentuk kampung hijau. (foto dokumentasi pribadi)

Keterbatasan lahan. Fakta itu tak menghalangi RW 01 Sunter Jaya mewujudkan konsep pengelolaan sampah dan penghijauan tanpa lahan.

Pembina Proklim Sunter Jaya Sutarno memaparkan, jauh sebelum bekerja sama dengan Astra, RW 01 Sunter Jaya sudah lama berinisiatif bergerak menuju kampung hijau. Konsepnya adalah lingkungan bersih, sampah terkelola di setiap RT.

Latar belakangnya, pada 2008 gang dan saluran air di RW 01 dipenuhi sampah. Kondisi tersebut tak lepas dari perilaku warga yang membuang sampah sembarangan. Sutarno tergerak membuat suasana berbeda. Ia mencoba memilah dan mengelola sampah.

Selanjutnya Sutarno menawarkan konsep mengolah sampah organik, seperti sisa sayuran, kulit buah, aneka daun, dan kotoran ternak dengan komposter. “Saya selalu menekankan untuk memulai dari diri sendiri,” tutur Sutarno.

Pertemuan bulanan di tingkat RT dan RW menjadi wadah mengedukasi warga mengenai isu lingkungan. (foto dokumentasi pribadi)

Nama Sutarno mulai dikenal. Ia ditawari menjadi narasumber seminar dan pelatihan di luar wilayah Sunter Jaya. Pada 2010 RW 01 Sunter Jaya mengikuti program Mandiri Kotaku Bersih Jakartaku (MKBJ) sebagai embrio kampung hijau. Prinsipnya adalah penghijauan harus menjadi kebutuhan, bukan sekadar saat mengikuti lomba.

Selanjutnya warga diperkenalkan dengan konsep ‘pilah sampah jadi berkah’. Konsep tersebut membuat warga terbiasa memilah sampah. Pertemuan bulanan di tingkat RT dan RW menjadi media komunikasi serta ajang silaturahmi warga dan edukasi mengenai lingkungan sehingga cita-cita RT dan RW menuju kampung hijau sejalan.

Kepedulian lingkungan perlu ditanamkan sejak dini. (foto dokumentasi pribadi)

Pada 2013 pihak Astra datang dengan konsep Kampung Berseri Astra (KBA). Mereka memberikan gambaran perihal  kampung binaannya, salah satunya di Yogyakarta. “Konsepnya sama mengenai kepedulian lingkungan, hanya lokasinya yang berbeda,” kata Sutarno yang pensiun dini dari pekerjaannya sebagai guru pada 2016 untuk fokus di lingkungan hidup.

Konsep pengelolaan sampah dari sumbernya dan penghijauan tanpa lahan ternyata diterima oleh Astra. Astra sepakat RW 01 Sunter Jaya menjadi binaannya.

Konsep dari Astra tentang pengelolaan sampah, pemanfaatan air, dan penghijauan disinkronkan dengan program Kementerian Lingkungan Hidup (LH), yakni program kampung iklim atau kampung proklim. Pada 2016 RW 01 Sunter Jaya meraih penghargaan proklim nasional. “Pertimbangan Astra menggandeng kami adalah inisiatif warga. Selain itu kami tinggal di ring 1 Astra, tidak jauh pantauannya. Diharapkan kampung ini bisa menjadi percontohan,” ujar Sutarno.

Astra memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan dan edukasi, diantaranya pengolahan sampah. (foto dokumentasi pribadi)

Sutarno memaparkan, Astra memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan dan edukasi, antara lain pelatihan hidroponik, pengolahan sampah, dan sociopreneurship. Tidak hanya masyarakat yang dikembangkan, juga kader. Penguatan kader ini penting dalam menjadikan aktivitas di wilayah tersebut bertahan bahkan berkembang.

Kader ini mencakup aktivis RW atau PKK yang potensial, kreatif, inovatif, dan mampu menggerakkan warga. “Di setiap RT ada tim hijau dengan tiga sampai lima anggota. Mereka bertanggung jawab terhadap wilayahnya masing-masing,” ujar Sutarno.

Dalam pelaksanaannya ada kendala yang dihadapi, diantaranya sikap pesimis dan apatis sebagian orang. Menghadapi kendala tersebut, Sutarno berprinsip ‘mengubah tontonan jadi tuntunan’.

Semalas-malasnya orang jika terus menerus diberikan keteladanan, tentu ia akan bergerak. Warga yang terlibat dalam KBA tidak dibatasi usia. Pensiunan dengan keleluasaan waktu bisa diberdayakan. Akan lebih baik anak muda bisa diberdayakan.

Pengolahan sampah menunjang penghijauan. (foto dokumentasi pribadi)

Rumah Sutarno menjadi Rumah Belajar Astra yang didatangi pelajar SD, SMP, SMU, hingga mahasiswa. Utamanya mereka mempelajari komposter. Rumah tersebut menjadi semacam laboratorium.

Banyak orang termotivasi dan belajar mengenai kepedulian lingkungan. Mereka menginginkan lingkungan bersih dan hijau serta masyarakat sejahtera. Ketika  kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup sudah muncul, materi berikutnya adalah  pengolahan sampah organik dan sampah anorganik. “Pengolahan sampah menunjang penghijauan dan memperkuat ketersediaan pangan,” kata Sutarno.

Tidak ada alasan tidak memiliki lahan di rumah untuk menanam. (foto dokumentasi pribadi)

RW 01 Sunter Jaya terdiri dari 24 RT. Pemetaannya dibagi menjadi zona hijau (potensial dan ideal), zona kuning (perlu penanganan khusus), dan zona merah (kendala geografis yang membuat warga ragu bergerak).

Sutarno menilai, sebenarnya penghijauan dan pengolahan sampah itu perlu dilakukan dimanapun kita berada. “Zona hijau sebanyak 70%,” tutur Sutarno yang kini beralih peran dari guru kelas menjadi guru sampah.

 

Pilar Kewirausahaan

Sutarno menjelaskan perihal komposter yang diproduksinya sejak 2008. Pemikirannya saat itu adalah pengolahan sampah memerlukan sarana. Komposter juga menjadi alat penanganan sampah langsung dari sumbernya.

Komposter dibagi menjadi komposter 5 liter (untuk praktikum pelajar atau mahasiswa), 25 liter, 35 liter, 60 liter (untuk skala rumahan), 80 liter, 120 liter, dan 200 liter (untuk rumah makan atau hotel). Sutarno mengembangkan komposter yang praktis (tidak diaduk) serta tidak menimbulkan bau dan polusi.

Selain dijual di seminar dan media sosial, komposter juga dipesan Astra untuk kampung-kampung binaannya yang memiliki bank sampah. “Beberapa warga kami pekerjakan untuk membuat komposter. Kami juga memasok bahan pembuatan komposter dari tukang tambal ban dan tukang loak. Komposter ini menggunakan bahan 99% plastik supaya tidak berkarat,” ujar Sutarno.

Sutarno mengembangkan komposter yang praktis serta tidak menimbulkan bau dan polusi. (foto dokumentasi pribadi)

Sutarno mengemukakan, gerakan lingkungan hidup adalah gerakan kesadaran. Ukuran keberhasilannya bergantung dari masyarakat itu sendiri. Ini bukan proyek, melainkan gerakan aksi nyata dari kesadaran menuju lingkungan bersih, hijau, dan sehat.

Sepuluh tahun yang lalu warga RW 01 memimpikan wilayahnya menjadi kampung kunjungan masyarakat. Terbukti kini RW 01 dikunjungi instansi pemerintah dan masyarakat. “Mereka terinspirasi,” tutur Sutarno.

Dari sisi sociopreneurship, Astra memberi masukan perihal lindi yang selama ini dianggap berbahaya. Lindi yang berasal dari sampah organik dinilai aman.

Lindi tersebut dijual sebagai kompos cair yang menyuburkan tanaman dengan harga Rp 20 ribu per liter. Biasanya petani organik dan herbalis yang memesannya. “Kadang dari Astra ambil 20 liter untuk pembinaan Adiwiyata. Bagi saya sampah, bagi orang lain pupuk,” kata Sutarno.

Astra juga menyarankan cara kreatif dan inovatif dalam pemasaran. Teknik penjualan yang terpadu membuat orang tertarik.

Sutarno mencontohkan, paket bioponik yang terdiri dari pot, tanah, pupuk, dan bibit dijual dengan harga Rp 50 ribu. “Mahal tapi laku. Praktis untuk menanam kangkung misalnya,” tutur Sutarno.

Sutarno yang memanfaatkan balkon di lantai dua rumahnya untuk penghijauan. (foto dokumentasi pribadi)

Sutarno menawarkan konsep, ‘kenali tanaman, manfaatkan untuk kesehatan’. Tanaman dibagi menjadi, tanaman dekorasi, tanaman konsumsi (seperti seledri atau kangkung), tanaman kesehatan (untuk mengatasi berbagai penyakit), dan tabulampot atau tanaman buah dalam pot.

Setiap tanaman itu memiliki pangsa pasarnya sendiri. “Ketika saya mengadakan seminar, kaum ibunya mengadakan workshop di luar. Selesai acara produk yang kami jual, seperti tanaman, kreasi seni daur ulang, dan komposter diborong,” ujar Sutarno.

Sutarno juga melayani penjualan bibit untuk perlombaan. Sebenarnya ia mengajak setiap embrio berkembang dan bekerja sama. Namun tidak semua embrio itu kuat.

Sutarno harus menguatkan diri demi melayani banyak orang. “Cengkareng Timur yang dirintis menjadi kampung proklim sempat ke sini. Kami berikan motivasi dan semangat,” kata Sutarno.

Total Sutarno menghasilkan 30 jenis produk yang bisa dipasarkan, seperti caping dari poster bekas dan wayang dari kardus bekas. Ia mengilustrasikan sebuah komposter yang menghasilkan belatung, cacing, lindi, sampai kompos. Belatung dijual Rp 50 ribu per kilo untuk pakan ternak. “Di dalam alat ini kalau ditotal kurang lebih Rp 2 juta,” tutur Sutarno.

 

Pilar Kesehatan

Pada 2017 Proklim Sunter Jaya meraih penghargaan terbaik kedua nasional KBA tahun 2017. Salah satu penilaiannya adalah pilar kesehatan. RW 01 Sunter Jaya telah melaksanakan pendampingan lansia, pendampingan anak di bawah umur, dan pengobatan gratis Astra.

Lingkungan yang hijau dan bersih merupakan aset warga menghirup oksigen lebih banyak. Pola hidup, pola konsumsi terutama tanaman herbal, dan kondisi lingkungan menjadi prioritas untuk warga itu sendiri. Dengan demikian mereka terhindar dari penyakit. “Konsumsi daun hijau membuat tubuh berdaya tahan,” kata Sutarno.

Sutarno mengisahkan sejak 2015 dalam setiap pertemuan disajikan bir pletok, agar-agar dari pegagan, agar-agar dari bunga telang, steak lidah buaya, dan urap dari aneka tanaman. Warga sendiri yang membuatnya.

Konsumsi ramah lingkungan tersebut tentu berdampak baik untuk kesehatan. Selain pembiasaan hidup bersih, dilakukan penataan danau oleh pemerintah. Dengan demikian RW 01 Sunter Jaya kini bebas banjir.

Ubah sampah menjadi berkah. (foto dokumentasi pribadi)

Pada 2018 RW 01 Sunter Jaya mencanangkan wilayahnya sebagai kampung wisata ramah pejalan kaki. Program tersebut diharapkan dapat memberdayakan karang taruna sebagai pemandu wisata, pemasaran produk warga, hingga kreativitas warga. Tentunya potensi itu mampu mensejahterakan warga.

Selain itu RW 01 Sunter Jaya direncanakan menjadi kampung wisata ramah anak. Pada hari-hari tertentu dijadwalkan jalan bebas dari kendaraan, fokus untuk area bermain anak. “Sehari-hari gang ini penuh dengan parkir kendaraan,” kata Sutarno.

Sutarno memandang, untuk sejahtera tidak perlu menunggu bantuan dari pihak luar. Jika kreativitas dan kesadaran itu tumbuh, sebenarnya potensi lingkungan bisa dimanfaatkan dan dikelola untuk pemberdayaan masyarakat.

Membangun kampung wisata sama halnya dengan  membangun potensi masyarakat beserta kearifan lokal yang ada. Untuk itu diperlukan leader-leader lingkungan di setiap titik.

 

Pilar Lingkungan

RW 01 Sunter Jaya sebagai kampung proklim mencakup adaptasi dan mitigasi. Adaptasi meliputi penghijauan tanpa lahan, teknik bertanam, dan rumah sehat (memiliki satu komposter, satu kolam ikan, dan satu kebun).

Sementara itu mitigasi meliputi pengolahan sampah dan barang-barang bekas beserta seni kreasi daur ulang. Saat ini RW 01 Sunter Jaya menjadi referensi Kementerian LH sebagai kampung proklim.

Pemanfaatan bekas kemasan minyak goreng sebagai pot tanaman. (foto dokumentasi pribadi)

RW 01 Sunter Jaya merupakan proklim pertama perkotaan di Indonesia. Selama ini proklim berada di desa. Keunikannya adalah wilayah perkotaan.

Seperti apa penghijauan di kota? Menanam tidak harus di lahan, bisa menanam di dinding atau pot gantung. Tidak ada alasan tidak bisa menanam di rumah.

Aneka tanaman yang bisa dikonsumsi warga. (foto dokumentasi pribadi)

Sutarno berharap warga RW 01 Sunter Jaya tetap mempertahankan hidup bersih dan sehat. Selain mampu berkontribusi mengurangi sampah dan penghijauan, ada manfaat untuk kesehatan dan cadangan pangan. Kuncinya adalah edukasi.

Harapan lainnya adalah warga kreatif menangkap peluang. Tidak menunggu instruksi atau inspirasi dari luar tapi terinspirasi menjadikan ‘rumahku kebun gizi keluargaku’. “Kalau itu tercipta di setiap rumah, Jakarta bebas sampah 2022 mudah sekali tercapai,” kata Sutarno.

 

Pilar Pendidikan

Sutarno yang meraih Apresiasi Kalpataru tingkat Provinsi DKI Jakarta 2016 dan Nominator Kalpataru Nasional 2017 mensyukuri penghargaan tersebut. Orientasinya bukan penghargaan, melainkan bumi lestari.

Sutarno merasa ilmu yang diperoleh selama dibina Astra harus dikembangkan lagi sehingga menjadi inovasi yang tidak monoton. “Berkat yang disebarkan tentu semakin berlipat. Tidak hanya diri sendiri yang merasakan, juga orang lain,” kata Sutarno.

Sutarno menilai selama dalam pembinaan, Astra kerap berdiskusi dengan warga. Segala sesuatu yang dimiliki warga bila dinilai baik akan dikembangkan.

Warga diberikan kesempatan. Astra sebatas mendampingi, mengawasi, dan memberikan bantuan. Kuncinya adalah peran serta dan pemberdayaan masyarakat. Tidak kalah penting, masyarakat menjalin sinergi yang baik dengan lembaga lain atau pemerintah.

Sutarno aktif menimba ilmu untuk selanjutnya dibagikan kepada masyarakat. (foto dokumentasi pribadi)

Pencapaian RW 01 Sunter Jaya sebagai KBA dan kampung proklim tak lepas dari peran ketua RW yang menghimpun warganya sebab masing-masing pribadi memiliki karakter yang berbeda-beda. “Semakin banyak kerja sama dengan pihak lain, semakin banyak dukungan yang didapat,” tutur Sutarno.

Di samping rumah Sutarno terlihat deretan tanaman berikut informasinya. Cara itu memudahkan warga yang membutuhkan tanaman tertentu.

Sutarno menunjukkan singkong yang sudah beberapa kali dipanen padahal ditanam di pot. Ada pula daun afrika untuk diabetes, belalai gajah untuk kanker, jarak jepang untuk konsumsi, salam untuk bumbu dapur, waru merah untuk tolak bala, hingga pegagan untuk antipikun.

Warga memanfaatkan bekas kemasan minyak goreng dan pencuci piring untuk pot tanaman vertikal. “Setiap rumah bertanggung jawab terhadap penghijauan di depan rumahnya masing-masing,” kata Sutarno.

Konsep Kampung Berseri Astra di Sunter Jaya, Jakarta Utara. (foto dokumentasi pribadi)

Di lantai dua rumahnya Sutarno menunjukkan air AC yang dimanfaatkan lagi dengan diteteskan ke pot tanaman. Air AC itu juga ditampung di kolam ikan lele dan patin untuk konsumsi keluarga.

Selain itu ada tanaman obat dan konsumsi yang juga dijual, seperti seledri dan kemangi. Air lele bisa digunakan untuk pupuk. Terlihat kandang ayam yang kotorannya bisa dimanfaatkan untuk pupuk.