Sign up with your email address to be the first to know about new products, VIP offers, blog features & more.

Berdaya Membangun Indonesia

Saatnya produk Indonesia menjadi raja di negeri sendiri. Mari bergandengan tangan membangun Indonesia yang lebih baik

Amygdala Bamboo didirikan oleh Harry Mawardi pada 2014, didahului riset sejak 2011. Pangsa pasar Amygdala Bamboo tidak hanya  dalam negeri, juga Australia hingga Jepang. Harry, owner sekaligus designer Amygdala Bamboo memaparkan  penjualan  online dua  tahun terakhir ini meningkatkan penjualan di luar negeri. Produknya diapresiasi baik di lingkup nasional maupun internasional.

foto13edit

Kacamata dari bambu yang diminati

foto12edit

Siapa sangka cangkir cantik ini terbuat dari bambu

Saat ini Amygdala Bamboo didukung delapan perajin.  Penanaman bambu dilakukan oleh petani  di Selaawi, Garut. Selama dua tahun perjalanan usahanya, Harry menyampaikan tantangan ada pada bambu yang merupakan  material  alam, misalnya terkena rayap. Dalam menghadapi kondisi itu dibutuhkan inovasi, yakni memiliki kebun bambu sendiri. Dengan demikian dapat dilakukan  kontrol dan menghasilkan bambu berkualitas  yang siap dirakit menjadi  produk, antara lain  living, furniture, home decor, sampai tableware. Keunggulan Amygdala Bamboo adalah  pembuatan produk  tidak menggunakan mesin.

Kisaran harga produk Amygdala Bamboo Rp 80 ribu-Rp 4 juta. Cangkir dan  kacamata menjadi produk yang paling diminati. Dibutuhkan kesabaran menghasilkan produk dari bambu dengan tingkat kesulitannya. Prosesnya panjang yang terkadang membuat orang tidak sabar menjalaninya.

Produk Indonesia lainnya yang tidak kalah mumpuni adalah Dus Duk Duk yang dimulai tahun 2013 oleh Angger D. Wiranata dan dua temannya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Awalnya mereka memproduksi furniture dari kardus lalu merambah ke  elemen interior, mainan, dan merchandise.  Pemasaran yang dilakukan secara online berbuah penjualan ke  beberapa kota, seperti Bali, Mataram, dan Makassar. Segmentasi pasar produk Dus Duk Duk adalah semua kalangan.

foto22edit

Aneka produk Dus Duk Duk

Meyakinkan masyarakat bahwa kardus bisa menjadi bahan alternatif terbilang  sulit. Namun hal itu tidak menjadi penghalang. Masyarakat harus diedukasi. Bahkan ada kursi dari kardus yang mampu menampung beban hingga seberat 180 kg.

Angger mengakui belum ada usaha  sejenis. Oleh karena itu  potensi pasar yang bisa digarap masih besar. Namun  tantangannya adalah  meyakinkan masyarakat. Kemungkinan ditiru cukup besar  karena kardus sebenarnya mudah diolah. Seperti halnya Amygdala Bamboo, banyak orang tidak bertahan menjalani usaha ini karena kurang sabar. Berbagai penghargaan diraih Dus Duk Duk, antara lain  Best Product Audit 2014 dan Young Marketers Of The Year 2014. Harga produk Dus Duk Duk berkisar  Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu. Produk ini mampu bertahan dua tahun.

Memajukan Perekonomian

Menjadi wirausaha di era digital sungguh berbeda dengan berpuluh tahun lalu. Pengembangan serta peningkatan daya saing dan kualitas produk Indonesia dengan memanfaatkan sumber daya alam agar semakin unggul sangat dibutuhkan. Dengan demikian mampu mendorong semangat kewirausahaan. Untuk itu diperlukan keberpihakan dan fasilitasi dari berbagai pihak dalam melakukan pemasaran yang sangat luar biasa.

Kita harus mengedukasi pasar karena metode pembayaran di Indonesia masih semi offline. Selain itu kita harus membantu perekonomian negara, seperti Jerman yang maju karena memberdayakan UKM. China hanya butuh 10 tahun untuk mencapai posisi saat ini. Bagaimana cara meningkatkan ekpor? Pastikan website Anda muncul di halaman pertama Google sehingga memperluas jangkauan. Bayangkan jika kita harus membuka cabang di luar negeri. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk ekspor. Tidak perlu membuat perusahaan besar untuk ekspor. Semua itu bisa dilakukan bersama digital. Bandingkan dengan biaya membuat website. Google itu kumpulan indeks yang tak ubahnya Yellow Pages.

Mengapa banyak pebisnis belum memiliki website? Mahal? Tidak punya waktu? Gaptek? Apa solusinya? Benarkah harga website mahal? Aset paling mahal di dunia digital adalah website. Pertumbuhan ritel menjadi jantung perekonomian Indonesia. Di kiri dan kanan kita banyak produk yang siap diekspor. Di era digital ini bukan kita yang mencari customer, melainkan customer yang mencari kita. Konten itu tidak sekadar produk. Jangan lupakan komunitas.

Ke depan teknologi yang semakin modern didukung dengan  pembinaan kepada UKM akan menghasilkan  produk yang  mempunyai nilai tinggi dengan mutu yang baik. Dengan demikian mampu bersaing dengan produk dari negara-negara lain. Fakta ecommerce di Indonesia menunjukkan ada 15,7 juta potential buyer dengan $20 miliar  online transaction. Online shoppers tercatat 7,2 juta dengan 62% melakukan riset online.

Terkait urbanization, 50% orang Indonesia kini tinggal di kota. Hal tersebut dapat  mengubah lifestyle (gaya hidup). Digitization mempengaruhi perilaku masyarakat. Mereka ingin semuanya instan,  tidak mau berlama-lama antri. Maka ecommerce akan terus maju.  Apakah UKM tertarik memanfaatkan peluang yang luar biasa ini untuk melebarkan sayap bisnis?

2 Komentar
  • teronggemuk
    18 September 2016

    Iya lho aku sebisa mungkin beli sesuatu yang bikinan negeri sendiri, kerajinan tangan orang kita sendiri, kan most of the time malah bisa banget lebih bagus dari import punya.

    • Ona
      18 September 2016

      Halo Mbak Mita, bener banget mbak kalau bisa beli produk dlm negeri ya, selain bangga akan buatan Indonesia juga menyelamatkan bumi. Produk impor itu jelas2 dlm transportasinya membuang gas yg tdk baik